Jumat 28 Jan 2022 14:18 WIB

Produksi Batu Bara Sumsel Meningkat Menjadi 50 Juta Ton pada 2021

Sumsel mendapatkan dampak positif dari sisi pendapatan royalti dan dana bagi hasil

Petugas mengoperasikan stekker recliming untuk memindahkan batubara ke conveyor belt di kawasan tambang batubara airlaya milik PT Bukit Asam Tbk di Tanjung Enim, Muara Enim, Sumatera Selatan, Selasa (16/11/2021). PT Bukit Asam Tbk menargetkan produksi batubara hingga akhir 2021 sebanyak 30 juta ton.
Foto: Antara/Nova Wahyudi
Petugas mengoperasikan stekker recliming untuk memindahkan batubara ke conveyor belt di kawasan tambang batubara airlaya milik PT Bukit Asam Tbk di Tanjung Enim, Muara Enim, Sumatera Selatan, Selasa (16/11/2021). PT Bukit Asam Tbk menargetkan produksi batubara hingga akhir 2021 sebanyak 30 juta ton.

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG-- Produksi batubara di Provinsi Sumatera Selatan mencapai 50 juta ton pada 2021 atau meningkat satu juta ton dibandingkan tahun sebelumnya. Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sumsel Hendriansyah di Palembang, Jumat, mengatakan (28/1), peningkatan ini dipengaruhi juga oleh kenaikan harga komoditas "emas hitam" itu sepanjang 2021.

Pada tahun lalu, dari total produksi 50 juta ton terdapat 46 juta ton batu bara yang dijual ke pasar domestik dan ekspor. Volume penjualan ini menurun dibandingkan 2020 yang mencapai 50 juta ton. Menurutnya, cuaca mempengaruhi capaian produksi batu bara Sumsel pada tahun lalu. Meski dipayungi fenomena La Nina tapi kegiatan penambangan pada 2021 itu jauh lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya."Faktor lainnya yang turut mendorong kenaikan produksi ini, yakni adanya perpindahan wewenang dari pemerintah daerah ke pemerintah pusat," kata dia.

Baca Juga

Atas kenaikan produksi batu bara tersebut, Sumsel tentunya mendapatkan dampak positif dari sisi pendapatan royalti dan dana bagi hasil. Pada 2022, ia memperkirakan produksi batu bara Sumsel akan meningkat walau tidak terlalu signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini lantaran Sumsel masih terkendala dengan jalur logistik untuk mengangkut batu bara dari areal penambangan ke pelabuhan sungai.

Sebagian besar kegiatan pertambangan Sumsel dilakukan di Lahat, Tanjung Enim (Muara Enim) dan Musi Rawas Utara, yang berjarak 130 kilometer dari pelabuhan sungai di Lalan, Musi Banyuasin. Menurutnya, hal ini juga yang menyebabkan Sumsel yang memiliki total 40 pemilik izin usaha pertambangan (IUP) aktif, termasuk PT Bukit Asam, hanya mampu menghasilkan sebanyak 50 juta ton per tahun."Jika dibandingkan dengan Kalimantan ini kecil sekali, di sana satu perusahaan tambang bisa produksi 50 juta ton batu bara per tahun," kata dia.

Kendala ini juga yang membuat pemerintah terus mendorong hilirisasi batu bara dan pembangunan PLTU mulut tambang di Sumsel karena daerah memiliki kandungan batu bara sebanyak 22 miliar ton yang tak habis dalam 100 tahun ke depan.

 

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement