Jumat 28 Jan 2022 10:16 WIB

Indonesia Perlu Waspadai Ancaman pada Pertumbuhan Ekonomi

Indonesia memiliki ketahanan yang baik dengan pertumbuhan ekonomi 5,5 persen.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolandha
Bank Indonesia kembali menerbitkan Laporan Perekonomian Indonesia (LPI), Laporan Tahunan Bank Indonesia (LTBI), serta Laporan Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia (LEKSI) 2021 yang diluncurkan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas
Foto: Bank Indonesia
Bank Indonesia kembali menerbitkan Laporan Perekonomian Indonesia (LPI), Laporan Tahunan Bank Indonesia (LTBI), serta Laporan Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia (LEKSI) 2021 yang diluncurkan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) tetap optimistis terhadap perekonomian tahun 2022, meskipun terdapat risiko yang harus dihadapi. Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyampaikan, optimistis sangat diperlukan dalam menavigasi ekonomi domestik.

"Semangat ini harus terus dibangun, termasuk dalam Presidensi G20 Indonesia," katanya dalam Annual Investment Forum 2022 pada sesi Leaders Insight, Kamis (27/1/2022).

Baca Juga

Lebih lanjut, Gubernur Perry memaparkan bahwa pemulihan ekonomi Indonesia akan tetap terjaga. Meskipun terdapat berbagai risiko, termasuk normalisasi kebijakan moneter AS.

Menurutnya, Indonesia memiliki ketahanan yang baik dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan mencapai 4,7 persen-5,5 persen pada 2022. Inflasi diprakirakan meningkat namun tetap dalam kisaran target 2 persen-4 persen.

 

Selain itu, defisit transaksi berjalan diprakirakan rendah dan terkendali dengan cadangan devisa yang memadai dalam mendukung stabilitas eksternal. Kebijakan Bank Indonesia akan difokuskan untuk menjaga stabilitas dan sekaligus mendorong pemulihan ekonomi.

Sementara itu, normalisasi kebijakan likuiditas dilakukan dengan tetap memastikan partisipasi dalam pembelian SBN untuk pembiayaan APBN. BI juga tetap memperhatikan kemampuan perbankan dalam penyaluran kredit dan pembiayaan kepada dunia usaha.

"Suku bunga akan dipertahankan pada level yang akomodatif hingga terdapat tanda peningkatan inflasi," katanya.

Di sisi lain, kebijakan makroprudensial, sistem pembayaran, pendalaman pasar uang, serta ekonomi-keuangan inklusif dan hijau, diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Pada kesempatan yang sama, CEO salah satu manajer investasi terbesar dunia, PIMCO, Emmanuel Roman menyampaikan keyakinan terhadap kondisi perekonomian beberapa negara berkembang termasuk Indonesia.

Menurutnya, kelompok ini memiliki prospek jangka panjang yang baik didukung oleh berbagai faktor, termasuk demografi. Namun, sejumlah risiko tetap perlu diwaspadai.

"Yang perlu diwaspadai adalah geopolitik, Covid-19 yang masih memiliki ketidakpastian akan berakhir, normalisasi kebijakan The Fed, transisi menuju ekonomi hijau, dan transformasi perkembangan teknologi digital," katanya.

Annual Investment Forum 2022 turut mendukung Presidensi G20 Indonesia 2022 yang memiliki enam agenda prioritas di jalur keuangan. Diantaranya, perumusan normalisasi kebijakan atau exit strategy agar tetap kondusif bagi pemulihan ekonomi dunia, perumusan respons kebijakan reformasi struktural di sektor riil untuk mengatasi luka memar dari pandemi Covid-19, mendorong kerja sama antar negara dalam sistem pembayaran digital, mendorong produktivitas dan perluasan ekonomi dan keuangan inklusif, serta koordinasi internasional dalam agenda perpajakan untuk mencapai sistem perpajakan internasional yang adil, berkelanjutan, dan modern.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement