Kamis 27 Jan 2022 22:43 WIB

Jubir RS Persahabatan: Pasien Covid-19 Bertambah, Kita Mulai Sibuk Lagi 

Jumlah pasien Covid-19 di RS Persahabatan Jakarta Timur terus bertambah

Rep: Febryan A/ Red: Nashih Nashrullah
Covid-19 (ilustrasi). Jumlah pasien Covid-19 di RS Persahabatan Jakarta Timur terus bertambah
Foto: www.pixabay.com
Covid-19 (ilustrasi). Jumlah pasien Covid-19 di RS Persahabatan Jakarta Timur terus bertambah

REPUBLIKA.CO.ID JAKARTA –  Jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di RS Persahabatan, Jakarta Timur mulai meningkat sejak Januari 2022 ini. Tenaga kesehatan pun mulai sibuk kembali.    

Juru Bicara Rumah Sakit Persahabatan, dr Erlina Burhan, menjelaskan tenaga kesehatan RS Persahabatan bisa bernafas lega pada November dan Desember 2021 karena jumlah pasien Covid-19 hanya ada satu atau dua. Bahkan, ruang perawatan Covid-19 sudah bisa dikembalikan untuk perawatan umum seperti semula.  

Baca Juga

Tapi, mereka tak bisa lama-lama bernafas lega. Erlina bilang, jumlah pasien Covid-19 yang masuk mulai bertambah banyak sejak Januari 2022. Kini, kata dia, terdapat sekitar 20-an pasien Covid-19 di RS Persahabatan. 

"Kita sekarang mulai repot, sibuk lagi. Walaupun tidak sesibuk saat (puncak gelombang kasus varian) delta," kata Erlina acara Lokapala 3.0 yang digelar CISDI, Kamis (27/1). Puncak gelombang Delta terjadi pada Juli 2021 dengan rekor 43.925 kasus baru dalam sehari.  

Erlina berharap, jumlah pasien Covid-19 tak lagi bertambah. Apalagi sampai membludak seperti Juli dan Agustus 2021. "Kita sampai nangis waktu itu. Karena capek fisik dan capek batin juga. Kalau burn out lama-lama kita kan stres," ujarnya.  

Di sisi lain, Erlina juga menyoroti cara masyarakat menangani sanak saudara atau rekannya yang positif Covid-19. Dia menyebut masyarakat masih cenderung panik sehingga selalu merujuk diri ke rumah sakit walau hanya gejala ringan.  

"Padahal pemerintah sudah bilang. Pasien tanpa gejala dan gejala ringan itu lakukan isolasi mandiri atau isolasi terpusat. Pasien gejala sedang hingga berat yang di rumah sakit," ujarnya. 

Tapi, kata dia, masyarakat tetap saja merujuk dirinya ke rumah sakit tanpa peduli gejala ringan atau berat. Alhasil, pihaknya beberapa kali terpaksa menolak pasien bergejala ringan sembari memberikan edukasi agar isolasi di rumah saja.

"Ini menunjukkan masyarakat kita mudah panik meski sudah dua tahun pandemi," kata Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) itu.    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement