Kamis 27 Jan 2022 21:41 WIB

LPDB-KUMKM Sinergi Program Klaster Pangan Lewat Koperasi

LPDB-KUMKM diharapkan bisa mengembangkan ekonomi masyarakat via koperasi.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Fuji Pratiwi
Logo LPDB KUMKM. Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) akan melakukan sinergi program klaster pangan melalui wadah koperasi.
Foto: lpdb.id
Logo LPDB KUMKM. Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) akan melakukan sinergi program klaster pangan melalui wadah koperasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) akan melakukan sinergi program klaster pangan melalui wadah koperasi. Sinergi program itu merupakan tindak lanjut arahan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki.

Direktur Utama LPDB-KUMKM Supomo mengatakan, tujuannya agar LPDB-KUMKM dapat mengembangkan potensi ekonomi masyarakat melalui sinergi program. Baik dengan pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), maupun perusahaan swasta, lewat wadah koperasi.

Baca Juga

"Jaringan LPDB-KUMKM diharapkan bisa mengembangkan potensi ekonomi masyarakat dengan wadah koperasi melalui sinergi program," ujar Supomo lewat keterangan resmi, Kamis (27/1/2022).

Menurutnya, salah satu upaya yang dilakukan yakni melalui mendorong program korporatisasi petani di berbagai daerah, termasuk di Kabupaten Nganjuk dengan komoditas yang akan dikembangkan yakni bawang merah dan kacang koro. Supomo menambahkan, pada 2022 ini pihaknya juga akan mendorong penyaluran dana bergulir untuk memperkuat permodalan koperasi sektor riil.

"Dalam hal ini, LPDB-KUMKM telah melakukan upaya jemput bola, sekaligus pendampingan kepada koperasi-koperasi sektor riil potensial dan berorientasi ekspor," kata dia.

Direktur Pengembangan Usaha LPDB-KUMKM Jarot Wahyu Wibowo menambahkan, pengembangan komoditas bawang merah dan kacang koro di Kabupaten Nganjuk sebagai upaya pemerintah mengurangi ketergantungan impor produk pertanian. Selain mengurangi ketergantungan impor produk pertanian, program ini juga untuk meningkatkan kesejahteraan petani, dan membebaskan petani dari jeratan rentiner maupun tengkulak hasil pertanian.

"Harapannya dengan koperasi dan dalam bentuk program korporatisasi kami menyambungkan semua ekosistem dari hulu ke hilir. Sekarang petani jual produk bawang hanya Rp 7.000 sampai Rp 8.000 per kilogram masih sangat rendah, itu karena rantai pasok dan tata niaga yang perlu diperbaiki," kata  Jarot.

Upaya pendekatan LPDB-KUMKM adalah dengan melakukan pendampingan kepada koperasi petani bawang untuk meningkatkan dari sisi tata kelola kelembagaan, maupun administrasi bisnis agar lebih baik dan bisa mengajukan pembiayaan kepada LPDB-KUMKM. Kemudian, melakukan pendampingan dari sisi pengembangan ekosistem bisnis kororatisasi petani dengan menghubungkan koperasi dengan offtaker, ataupun industri yang mampu menyerap hasil tani dari para petani anggota koperasi.

"Kita lihat bagaimana perkembangannya dan bagaimana kita sambungkan koperasi ini kepada rantai pasok bawang. Tinggal kita pilih hilirnya apakah ke industri besar atau nanti justru koperasinya bisa membuat hilirisasi produk turunan dalam bentuk pasta, atau dalam bentuk lain yang bisa meningkatkan nilai tambah," ujar Jarot.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement