Kamis 27 Jan 2022 15:40 WIB

Pemkot Semarang Diingatkan Pentingnya Mitigasi dan Sosialisasi Kerawanan Bencana

Kota Semarang memiliki karakteristik permukiman di wilayah pesisir dan perbukitan.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Sejumlah Pengurus Cabang (PC) Satria Kota Semarang, saat mengunjungi rumah warga terdampak tanah longsor di lingkungan Delikrejo, Kelurahan Tandang, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Kamis (27/1).
Foto: Istimewa
Sejumlah Pengurus Cabang (PC) Satria Kota Semarang, saat mengunjungi rumah warga terdampak tanah longsor di lingkungan Delikrejo, Kelurahan Tandang, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Kamis (27/1).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang, Jawa Tengah, perlu melakukan mitigasi bencana dan menyosialisasikan secara masif kepada masyarakat, khususnya yang bermukim di kawasan rawan bencana.

Langkah ini penting dilakukan guna mengantisipasi dan meminimalkan jatuhnya korban jiwa, sebagai dampak terjadinya bencana alam di sejumlah wilayah di Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah ini.

“Upaya-upaya mitigasi harus diperkuat, agar jatuhnya korban jiwa akibat bencana dapat diminimalkan,” ungkap Ketua Pengurus Cabang (PC) Satria Kota Semarang, Rahyan Dhani Rahardian, di sela penyerahan bantuan kepada korban tanah longsor di Kelurahan Tandang, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Kamis (27/1/2022).

Menurutnya, Kota Semarang yang memiliki karakteristik permukiman di wilayah pesisir dan perbukitan, cukup rentan terhadap risiko bencana alam, terutama saat curah hujan meningkat dengan tajam. Dengan kondisi geografis tersebut, maka wilayah itu memiliki berbagai potensi bencana cukup besar.

Khususnya bencana alam banjir, tanah longsor, serta angin puting beliung. “Maka mitigasi dan sosialisasi pencegahan merupakan langkah penting yang mesti dilakukan agar kerawanan bencana dapat diantisipasi dengan baik oleh warga maupun seluruh stakeholder kebencanaan,” jelasnya.

Mitigasi, lanjut Rahyan, penting guna memetakan titik-titik atau kawasan mana saja yang berpotensi terhadap terjadinya bencana alam berdasarkan karakteristik wilayah serta lingkungannya. Termasuk apa saja yang harus dilakukan manakala gejala atau tanda-tanda alam (cuaca) akan memperbesar risiko ancaman bencana alam. “Data-data mitigasi tersebut juga harus diperbarui agar masyarakat semakin tanggap,” katanya.

Setelah itu, tambahnya, juga ada upaya-upaya untuk pencegahan, mekanisme penanganan darurat, hingga proses evakuasi. “Sehingga kasus jatuhnya korban jiwa seperti bencana longsor di lingkungan RT 05/RW 11 Delikrejo, Kelurahan Tandang, tidak terulang kembali,” tegasnya.   

Sedangkan langkah pencegahan yang bisa dilakukan adalah pembuatan atau renovasi talud yang dirasa sudah semakin membahayakan masyarakat. Kemudian juga dengan upaya pengecekan rutin pada wilayah yang rawan bencana. Dalam hal pengawasan tersebut, upaya pengecekan kawasan rawan dapat melibatkan warga di lingkungan setempat.

“Di samping sebagai upaya mitigasi, langkah itu sekaligus sebagai upaya edukasi kepada masyarakat terkait dengan potensi bencana di wilayah masing-masing, berikut cara-cara pencegahannya,” lanjut Rahyan.

Pada kesempatan ini, sejumlah pengurus organisasi sayap Partai Gerindra Kota Semarang tersebut menyerahkan bantuan kebutuhan bahan pokok serta santunan kepada warga terdampak bencana longsor. Seperti diketahui, dalam musibah tanah longsor di lingkungan Delikrejo, Rabu (19/1) lalu, mengakibatkan Andika Dewa Pratama (16) meninggal dunia dalam perawatan medis di rumah sakit.

Sebelumnya remaja ini harus dievakuasi dari bawah reruntuhan material longsor yang menimpa rumahnya. Selain korban jiwa, musibah ini juga mengakibatkan kerusakan rumah warga, masing-masing rumah milik Winarno, Widodo, dan Salmi yang disewa Yuliani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement