Kamis 27 Jan 2022 15:18 WIB

Banyak Umat tak Bisa Baca Alquran, Sesditjen Bimas: Ada Titik Lemah dalam Bimbingan Agama

Menangani buta huruf Alquran memerlukan upaya bersama.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Anak-anak belajar mengaji di Masjid Jami Al-Muttaqien, Cilandak, Jakarta, Selasa (11/1). Belajar mengaji sejak dini bermanfaat bagi anak-anak agar dapat membaca sesuai tajwid yang benar dan mengenalkan nilai-nilai Islam. Banyak Umat tak Bisa Baca Alquran, Sesditjen Bimas: Ada Titik Lemah dalam Bimbingan Agama
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Anak-anak belajar mengaji di Masjid Jami Al-Muttaqien, Cilandak, Jakarta, Selasa (11/1). Belajar mengaji sejak dini bermanfaat bagi anak-anak agar dapat membaca sesuai tajwid yang benar dan mengenalkan nilai-nilai Islam. Banyak Umat tak Bisa Baca Alquran, Sesditjen Bimas: Ada Titik Lemah dalam Bimbingan Agama

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Sesditjen Bimas) Islam Kementerian Agama (Kemenag) Muhammad Fuad Nasar menanggapi pernyataan Ketua Umum Yayasan Indonesia Mengaji Komjen Pol (Purn) Syafruddin yang mengatakan 65 persen umat Islam di Tanah Air tidak bisa membaca Alquran.

Fuad mengatakan tidak mengomentari soal angka 65 persen umat Islam di Indonesia tidak bisa membaca Alquran. Menurutnya, setiap survei tentu menghasilkan kesimpulan yang belum tentu sama.

Baca Juga

"Inti persoalannya perlu kita perhatikan dengan sungguh-sungguh. Isu masih banyaknya umat Islam di Indonesia belum bisa baca Alquran ini memerlukan upaya bersama untuk memperbaiki dan menanggulanginya," kata Fuad melalui pesan tertulis kepada Republika, Kamis (27/1/2022).

Dia mengajak semuanya untuk memperhatikan pola bimbingan agama yang ada di Indonesia. Pola bimbingan agama setidaknya melibatkan tiga lingkungan yang saling berkaitan. Pertama, pendidikan agama dalam keluarga, yaitu tanggung jawab orang tua, dalam hal ini ibu dan bapak.

Kedua, pendidikan agama di sekolah. Soal penekanan pelajaran agama di sini adalah tanggung jawab guru.

"Ketiga, pendidikan agama dalam masyarakat, ini tanggung jawab berbagai elemen umat termasuk pengurus masjid, ormas, lembaga dakwah," ujarnya.

Fuad mengatakan, ketika ditemukan kenyatan banyak umat dan remaja Muslim belum bisa baca Alquran, artinya ada titik lemah di tiga pola bimbingan agama, maka perlu diperbaiki kekurangannya. "Titik lemah pendidikan agama pada keluarga, sekolah dan masyarakat, kita jadikan itu sebagai warning (peringatan) untuk melakukan perbaikan," jelasnya.

Fuad menyampaikan pemerintah mendorong dan memfasilitasi berkenaan dengan pola bimbingan agama yang ada di tengah masyarakat. Namun, keluarga dalam hal ini orang tua harus merasa punya tanggung jawab moral di hadapan Allah kalau anak-anaknya tidak bisa membaca Alquran.

"Guru di sekolah umum harus perhatikan anak-anak kalau perlu diprogramkan eskul untuk memberikan pengajaran itu agar bisa membaca Alquran," kata Fuad.

Dia juga menyarankan agar Taman Pendidikan Alquran (TPA) dan Taman Pendidikan Seni Alquran (TPSA) dikembangkan di masjid.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement