Kamis 27 Jan 2022 04:05 WIB

Seusai Uji Coba Rudal, Internet Korea Utara Terputus

Gangguan internet terjadi sehari setelah Korea Utara melakukan uji coba rudal kelima.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Foto yang disediakan oleh pemerintah Korea Utara menunjukkan pelepasan tembakan rudal pemandu taktis, Senin (17/1/2022).
Foto: Korean Central News Agency/Korea News Service
Foto yang disediakan oleh pemerintah Korea Utara menunjukkan pelepasan tembakan rudal pemandu taktis, Senin (17/1/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Internet di Korea Utara mengalami gangguan selama enam jam pada Rabu (26/1/2022) pagi waktu setempat. Gangguan ini terjadi sehari setelah Korea Utara melakukan uji coba rudal kelima.

Seorang peneliti keamanan siber di Inggris yang memantau berbagai web dan server email Korea Utara, Junade Ali, mengatakan pada puncak serangan, semua lalu lintas jaringan internet yang masuk maupun keluar dari Korea Utara telah dihentikan.

"Ketika seseorang mencoba terhubung ke alamat IP di Korea Utara, internet benar-benar tidak dapat merutekan data mereka ke negara itu," katanya kepada Reuters.

Beberapa jam kemudian, server yang menangani email dapat diakses. Tetapi beberapa server web individu dari institusi seperti maskapai Air Koryo, Kementerian Luar Negeri Korea Utara, dan Naenara, yang merupakan portal resmi pemerintah Korea Utara, terus mengalami gangguan.

Akses internet di Korea Utara sangat terbatas. Sejauh ini tidak diketahui berapa banyak orang di negara tersebut yang memiliki akses langsung ke internet global. Tetapi menurut perkiraan, warga Korea Utara yang dapar mengakses internet hanya sekitar kurang dari satu persen, dari total populasi 25 juta penduduk.

Sebuah situs berita yang memantau Korea Utara dan berbasis di Seoul, NK Pro, melaporkan, file log dan catatan jaringan menunjukkan situs web di domain web Korea Utara sebagian besar tidak dapat dijangkau. Hal ini karena Sistem Nama Domain (DNS) Korea Utara berhenti mengomunikasikan rute yang harus diambil oleh paket data. Insiden serupa pernah diamati pada 14 Januari.

"Sifat simultan dari pemadaman server menunjukkan serangan DDoS, di mana peretas mencoba membanjiri jaringan dengan volume lalu lintas data yang luar biasa tinggi untuk melumpuhkannya," kata Ali.

Ali mengatakan, sangat umum bagi satu server untuk offline selama beberapa periode waktu. Teetapi insiden ini telah membuat semua properti web menjadi offline secara bersamaan.

"Tidaklah umum melihat seluruh internet mereka offline bersamaan," ujar Ali.

Ali menjelaskan, selama gangguan internet, degradasi operasional akan meningkat dengan timeout jaringan. Kemudian server individu menjadi offline dan router utama terputus dari internet.

"Ini menunjukkan bahwa, ini adalah hasil dari beberapa bentuk tekanan jaringan daripada pemadaman listrik," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement