Selasa 25 Jan 2022 23:49 WIB

Eropa-AS: Rusia Hadapi Konsekuensi Berat Jika Invasi Ukraina

Agresi Rusia terhadap Ukraina akan memiliki 'konsekuensi yang berat'.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Efrem Lukatsky/AP Photo/picture alliance
Efrem Lukatsky/AP Photo/picture alliance

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg pada Senin (24/01) mengatakan bahwa sekutu Barat sepakat memberikan peringatan ke Moskow bahwa serangan Rusia di Ukraina akan memicu tanggapan keras.

"Kami setuju bahwa setiap agresi lanjutan oleh Rusia terhadap Ukraina akan menimbulkan kerugian besar," kata Stoltenberg di Twitter, setelah pertemuan virtual dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan para pemimpin Eropa, termasuk Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Kanselir Jerman Olaf Scholz.

Rusia menghadapi "konsekuensi berat" jika menyerang Ukraina. Para pemimpin telah sepakat "terserah Rusia untuk melakukan inisiatif de-eskalasi yang terlihat," kata Scholz.

Biden mengatakan sekutu Barat berada dalam kesepakatan "total" tentang bagaimana menghadapi ancaman militer Rusia ke Ukraina.

Kantor Perdana Menteri Inggris Boris Johnson juga mengatakan "para pemimpin sepakat tentang pentingnya persatuan internasional dalam menghadapi meningkatnya permusuhan Rusia."

Uni Eropa koordinasikan strategi terkait krisis Ukraina

Sebelumnya pada Senin (24/01), para menteri luar negeri dari 27 negara anggota Uni Eropa bertemu di Brussels dalam upaya untuk menuntaskan tanggapan terhadap invasi Rusia ke Ukraina.

Setelah pertemuan itu, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan ada "persatuan" di antara negara-negara anggota dalam tindakan "cepat dan penuh tekad" dari blok tersebut, jika Rusia menyerang.

Borrell menambahkan bahwa UE telah berjanji untuk mendukung Ukraina, termasuk melawan serangan siber dan ancaman hibrida, seperti kampanye disinformasi Rusia.

Namun, UE akan melanjutkan "upaya kolektif" untuk meyakinkan Rusia agar mengambil "jalan dialog" dalam menyelesaikan ketegangan, katanya, seraya menambahkan bahwa UE siap untuk menanggapi jika diplomasi gagal.

Pertemuan NATO, yang dihadiri oleh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken melalui konferensi video, terjadi ketika Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya mendesak keluarga diplomat mereka untuk meninggalkan Ukraina di tengah krisis.

Bagaimana tanggapan UE?

Pertemuan di Brussels berlangsung saat NATO mengumumkan akan mengirim jet dan kapal tambahan untuk ditempatkan di Eropa Timur di tengah kekhawatiran invasi.

Belanda, misalnya, mengirim dua pesawat tempur F-35 ke Bulgaria mulai April 2021, sementara Denmark akan mengirim fregat ke Laut Baltik dan pesawat tambahan ke Lithuania.

Para menteri luar negeri Uni Eropa menyatakan keprihatinan terbaru mereka tentang krisis Ukraina, dengan beberapa anggota mengancam sanksi keras jika Rusia benar-benar melakukan invasi.

Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan Berlin siap mendukung Kiev baik secara ekonomi maupun finansial.

"Kami sangat dekat dengan Ukraina, dalam hal dukungan keuangan serta dukungan ekonomi," kata Baerbock kepada wartawan, termasuk Kepala Biro DW Brussels Alexandra von Nahmen.

Menteri Luar Negeri Denmark Jeppe Kofod mengatakan blok itu siap untuk memberikan Moskow sanksi "yang belum pernah terlihat sebelumnya" jika Rusia menyerang Ukraina.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Irlandia Simon Coveney mengatakan Rusia bermaksud mengadakan latihan perang 240 kilometer di lepas pantai barat daya negaranya. Latihan perang akan terjadi baik di perairan internasional, tetapi juga di zona ekonomi eksklusif Irlandia.

"Kami tidak memiliki kekuatan untuk mencegah hal ini terjadi, tetapi tentu saja saya telah menjelaskan kepada duta besar Rusia di Irlandia bahwa kegiatan itu tidak diterima," kata Coveney.

UE janjikan bantuan baru untuk Ukraina

Selama pertemuan tersebut, Kepala Komisi Uni Eropa von der Leyen mengumumkan paket bantuan baru senilai €1,2 miliar untuk Ukraina.

"Paket ini akan membantu Ukraina sekarang untuk mengatasi kebutuhan pembiayaannya karena konflik," kata von der Leyen kepada wartawan di Brussels. Dia mendesak Parlemen Eropa untuk menyetujui bantuan itu "sesegera mungkin."

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berterima kasih kepada von der Leyen atas keputusan yang "tepat waktu".

"Ukraina yang kuat adalah kunci untuk keamanan Eropa," cuit Zelenskyy. Presiden Ukraina juga mengucapkan terima kasih kepada Presiden Dewan Eropa Charles Michel melalui panggilan telepon.

Pengumpulan lebih dari 100.000 tentara Rusia di dekat perbatasan Ukraina telah menimbulkan kekhawatiran Barat bahwa Moskow mungkin berencana untuk menyerang tetangganya, meskipun Rusia telah membantah niat tersebut.

Konsensus tentang sanksi sulit dicapai

Para menteri luar negeri UE membahas sanksi apa yang dapat dikenakan jika Rusia menyerang, tetapi konsensus di antara para anggotanya sejauh ini sulit dicapai.

Menggunakan impor minyak dan gas Eropa dari Rusia sebagai pengungkit tampaknya merupakan pilihan yang memungkinkan, tetapi pilihan yang sulit digunakan tanpa merugikan UE itu sendiri.

Sebuah proposal untuk memutuskan Rusia dari sistem pembayaran SWIFT global dilaporkan telah ditolak setelah beberapa negara, yang dipimpin oleh Jerman, menentang langkah tersebut.

Pada pertemuan itu, Blinken diharapkan melakukan "pertukaran informal" dengan para menteri UE di mana ia akan memberi pengarahan kepada mereka tentang pembicaraannya pada hari Jumat (28/01) dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov.

Pembicaraan itu gagal menghasilkan terobosan besar, tetapi kesepakatan dicapai untuk terus berupaya meredakan ketegangan.

Bagaimana situasi di Ukraina?

Penumpukan pasukan militer Moskow di dekat perbatasan baratnya dengan Ukraina terjadi ketika Kremlin berusaha untuk mendorong serangkaian tuntutan yang dikatakan penting bagi keamanan Rusia.

Antara lain, menyerukan jaminan bahwa Ukraina tidak akan bergabung dengan NATO dan aliansi militer untuk mengurangi kehadiran militernya di Eropa Timur.

Barat melihat tuntutan tersebut sebagai upaya Rusia untuk mendapatkan kembali lingkup pengaruhnya sebelum pembubaran Uni Soviet sekitar 30 tahun yang lalu.

Aneksasi Moskow atas Krimea dari Ukraina pada 2014 telah menyaksikan ketegangan antara Rusia dan Barat meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Rusia juga mendukung pemberontakan di timur Ukraina yang telah merenggut 13.000 nyawa dan melihat pemberontak menguasai sejumlah besar wilayah di wilayah Donbass.

ha/pkp (dpa, AP, AFP, Reuters)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement