Selasa 25 Jan 2022 22:08 WIB

Minyak Goreng di Pasar Cikurubuk Tasikmalaya Belum Satu Harga

Stok minyak kemasan yang ada di pedagang sempat ditarik oleh distributor.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Ilham Tirta
Pedagang menata minyak goreng kemasan (ilustrasi).
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Pedagang menata minyak goreng kemasan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Harga minyak goreng di Pasar Cikurubuk Kota Tasikmalaya masih belum mengalami penurunan hingga Selasa (25/1/2022). Berdasarkan pantauan Republika.co.id, harga minyak goreng kemasan masih dijual dengan kisaran Rp 19.500 per liter. Minyak goreng curah juga masih kisaran Rp 19.500 per kilogram (kg).

Salah seorang pedang di Pasar Cikurubuk, Munir (39 tahun), mengaku masih menjual minyak dengan harga pasar. Menurut dia, pada pedagang di pasar tradisional belum bisa menjual minyak goreng kemasan dengan harga Rp 14 ribu per liter.

Baca Juga

"Harganya masih sama, untuk curah Rp 19.500 per kg, sementara kemasan masih Rp 39 ribu per 2 liter," kata dia saat ditemui Republika.co.id, Selasa.

Menurut dia, pedagang pasar masih belum bisa menjual minyak goreng dengan harga lebih rendah. Sebab, harga dari distributor masih tinggi. "Di sini mah belum ada pedagang yang jual minyak goreng Rp 14 ribu seliter," ujar Munir.

Ihwal rencana pemerintah menyamakan harga minyak goreng kemasan Rp 14 ribu per liter pada Rabu (26/1/2022), ia menilai itu belum bisa dilakukan. Sebab, stok minyak yang dimiliki para pedagang masih banyak.

Menurut dia, beberapa waktu yang lalu, stok minyak kemasan yang ada di para pedagang sempat ditarik oleh distributor. Namun, belum semua stok minyak goreng kemasan ditarik.

"Palingan mah kalau mau satu harga, seminggu lagi baru bisa," kata dia.

Salah seorang pedagang lainnya, Hakim (47 tahun), mengaku harga beli minyak goreng kemasan dari distributor masih berkisar Rp 16.250 per 900 mililiter (ml). Alhasil, ia menjual minyak goreng kemasan itu dengan harga Rp 17.500 per 900 ml. "Jadi ya kami belum bisa jual dengan harga lebih murah," ujar dia.

Ia juga mengkritisi kebijakan harga minyak goreng lebih murah yang hanya diberlakukan di pasar modern. Sebab, dengan kebijakan itu, pembeli di pasar tradisional menjadi berkurang.

Hakim mengungkapkan, sebelum harga minyak goreng di pasar modern diturunkan, dalam sehari ia bisa menjual lima dus minyak goreng kemasan. Namun, saat ini satu dus minyak goreng kemasan yang distoknya belum habis.

"Kalau mau fair, semua sama. Sekarang kan di minimarket saja. Kalau gini kan, pedagang di pasar yang rugi. Kami kehilangan pembeli," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement