Selasa 25 Jan 2022 05:20 WIB

BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Aceh di Atas Empat Persen

Perkiraan tersebut setelah melihat kinerja ekonomi Aceh yang terus membaik.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Masjid Baiturahman, Aceh. Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi Aceh di atas empat persen pada 2022 ini.
Foto: Wikipedia
Masjid Baiturahman, Aceh. Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi Aceh di atas empat persen pada 2022 ini.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Aceh memperkirakan pertumbuhan ekonomi di provinsi ujung barat Indonesia tersebut berada di atas empat persen pada 2022.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh Achris Sarwani di Banda Aceh, Senin (24/1/2022), mengatakan, perkiraan tersebut setelah melihat kinerja ekonomi Aceh yang terus membaik pada tahun sebelumnya. "Dari berbagai indikator menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat serta survei dilakukan Bank Indonesia, maka kami perkirakan pertumbuhan ekonomi Aceh berada di atas empat persen," kata Achris Sarwani.

Baca Juga

Achris Sarwani mengatakan, pertumbuhan ekonomi Aceh pada 2021 sebesar 2,82 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi secara nasional sebesar 3,78 persen dan Sumatra sebesar 3,51 persen.

Menurut Achris Sarwani, kendati pertumbuhan ekonomi masih di bawah Sumatra dan secara nasional, laju pertumbuhan ekonomi Aceh termasuk bagus karena didorong perdagangan, transportasi dan pergudangan. "Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga didorong sektor pertanian, industri, dan pertambangan. Pertumbuhan ekonomi ini juga sejalan membaiknya kinerja komoditas ekspor di Provinsi Aceh," kata Achris Sarwani.

Achris Sarwani mengatakan dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi pada 2022 didukung meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan. Kemudian pedagang, jasa konstruksi, dan pertambangan. "Sedangkan dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Aceh didukung meningkatnya konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi baik pemerintah maupun swasta, serta ekspor," kata Achris Sarwani.

Sedangkan yang menjadi tantangan dan hambatan pertumbuhan ekonomi Aceh, kata Achris Sarwani, di antaranya defisit perdagangan antardaerah. Aceh mengalami defisit perdagangan antardaerah mencapai Rp 44,5 triliun pada 2020.

"Selain itu, komoditas unggulan di Aceh belum diolah lebih lanjut, sehingga tidak memiliki nilai tambah. Karena itu, industri pengolahan harus terus didorong guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi Aceh," kata Achris Sarwani.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement