Ahad 23 Jan 2022 21:55 WIB

Epidemiolog: PTM 100 Persen Sebaiknya Dihentikan Sementara

Februari-Maret dinilai sebagai masa kritis dan berpotensi muncul gelombang ketiga.

Petugas Palang Merah Indonesia (PMI) melakukan penyemprotan disinfektan di lingkungan SMP Negeri 43 Jakarta, Kamis (20/10/2022). Epidemolog menyarankan PTM 100 persen dihentikan untuk sementara di tengah meningkatnya penularan varian Omicron.
Foto: Prayogi/Republika.
Petugas Palang Merah Indonesia (PMI) melakukan penyemprotan disinfektan di lingkungan SMP Negeri 43 Jakarta, Kamis (20/10/2022). Epidemolog menyarankan PTM 100 persen dihentikan untuk sementara di tengah meningkatnya penularan varian Omicron.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman meminta pemerintah untuk mengevaluasi kembali proses pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen demi mengantisipasi prediksi gelombang ketiga Covid-19 pada Februari-Maret tahun ini. Ia meminta PTM dihentikan untuk sementara.

"PTM sebaiknya di-suspend, setidaknya dari akhir Januari sampai awal Maret tahun ini, karena itu periode prediksi masa krisis di Indonesia pada Februari-Maret," ujar Dicky Budiman, Ahad (23/1/2022).

Baca Juga

Ia mengatakan, meski pemerintah melaksanakan program vaksinasi terhadap para siswa, namun belum semua siswa yang mendapatkan vaksinasi. "Risikonya cukup berat untuk anak-anak, dan terbukti dari negara-negara lain menunjukkan kasus infeksi anak meningkat," katanya.

Dicky mengingatkan, Omicron merupakan varian yang berbahaya karena masuk dalam variant of concern (VOC) yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). "Omicron ini variant of concern, itu berbahaya, serius dampaknya, dan ada potensi menyebabkan kematian dan keparahan," tuturnya.

Ia menambahkan, setiap VOC mempunyai kelebihan atau daya rusak sehingga perlu diwaspadai. "Kenapa dia menjadi variant of concern, berarti dia bisa memperburuk situasi pandemi, termasuk menyebabkan kematian," katanya.

Menurutnya, varian Omicron tidak ada bedanya dengan varian yang masuk VOC lainnya, seperti Alpha, Beta, Delta, Gamma. Di Indonesia, lanjut dia, terdapat dua kasus fatalitas atau meninggal akibat varian Omicron. Maka itu, langkah mitigasi harus segera dilakukan.

"Sekarang ini kita baru lihat pada lansia, kalau kita tidak cepat melakukan mitigasi, kematian pada anak akan muncul," ucapnya.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan dua pasien Covid-19 terkonfirmasi Omicron telah meninggal dunia. "Satu kasus merupakan transmisi lokal, meninggal di RS Sari Asih Ciputat dan satu lagi merupakan Pelaku Perjalanan Luar Negeri, meninggal di RSPI Sulianti Saroso," kata juru bicara Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi.

Tercatat, sejak 15 Desember hingga saat ini secara kumulatif tercatat 1.161 kasus konfirmasi Omicron ditemukan di Indonesia.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement