Ahad 23 Jan 2022 17:06 WIB

Sungai Jadi Tong Sampah, Bupati Nina: Ada Kursi, Bantal, dan Kasur!

Penanganan sampah baru di kisaran 60–70 persen dari total 1.100 ton sampah/hari.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Bupati Indramayu, Nina Agustina
Foto: Ist
Bupati Indramayu, Nina Agustina

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Volume sampah yang dihasilkan dari aktivitas masyarakat di Kabupaten Indramayu, tinggi. Namun, jumlah armada maupun personil pengangkut sampah justru masih kurang. Ditambah lagi, kesadaran masyarakat terhadap sampah juga masih rendah.

Bupati Indramayu, Nina Agustina meminta, agar warganya bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan. Salah satunya dengan tidak membuang sampah sembarangan, apalagi ke sungai.

"Selama ini sungai dianggapnya seperti tong sampah basar. (Di sungai) ada kursi, bantal, kasur," ucap Nina.

Nina pun menyatakan akan membentuk Satgas Penanganan Sampah di desa dan kecamatan. Hal itupun sudah disampaikannya kepada para kuwu (kepala desa) dan camat.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu Aep Surahman mengatakan, volume sampah yang dihasilkan masyarakat mencapai 1.100 ton per hari. Dia mengakui, meski sampah yang dihasilkan oleh masyarakat tinggi, namun instansinya belum mampu menangani seluruhnya. Dia menyebutkan, pelayanan dalam penanganan sampah baru di kisaran 60 – 70 persen. "Armada dan personil kita masih kurang,’’ cetus Aep.

 

photo
Rumah warga di bantaran Sungai Cimanuk yang rusak dan penghuninya terpaksa mengungsi. Banyak warga mendirikan rumah di bantaran sungai dan membuang sampah sembarangan. (Ilustrasi) - (Antara/Dedhez Anggara)

 

Aep menyebutkan, jumlah armada pengangkut sampah yang ada saat ini baru mencapai 50 unit. Sedangkan dengan luas wilayah Kabupaten Indramayu yang mencapai 31 kecamatan, idealnya jumlah armada mencapai 150 unit.

Tak hanya itu, jumlah tempat pembuangan akhri sampah (TPA) di Kabupaten Indramayu juga belum ideal. Saat ini, baru ada tiga TPA, yakni TPA Pecuk, TPA Kertawinangun dan TPA Gantar.

Aep menyebutkan, sebenarnya Kabupaten Indramayu membutuhkan setidaknya empat TPA. Saat ini, rencana  pembangunan TPA di wilayah sekitar Sliyeg-Jatibarang, belum terealisasi akibat besarnya anggaran yang dibutuhkan.

"Untuk TPA Pecuk dan TPA Kertawinangun dulu dibangun oleh APBN karena anggarannya memang besar," ucap Aep.

Dengan segala keterbatasan itu, Aep berharap, agar masyarakat memiliki kepedulian dan kesadaran untuk mengurangi sampah yang dibuang ke lingkungan. Caranya, dengan melakukan pemilahan dan pengolahan sampah. "Kami berharap agar masyarakat jangan membuang sampah sembarangan," kata dia.

Aep mengakui, di masyarakat mulai tumbuh bank sampah. Namun karena jumlahnya masih sedikit, maka pengaruhnya terhadap pengurangan timbunan sampah juga masih kecil.

Begitu pula pemanfaatan sampah oleh pemulung, juga baru bisa mengurangi timbunan sampah sebesar 10 persen atau sekitar 100 ton. "Kami berharap kepedulian masyarakat terhadap sampah bisa meningkat," tutur Aep.

Sementara itu terkait pembentukan satgas itu langsung ditindaklanjuti oleh Camat Kedokanbunder, Atang Suwandi. Dia menyatakan, salah satu solusi untuk mengatasi masalah sampah di wilayahnya adalah dengan membentuk Satgas Kebersihan yang tersebar di desa hingga ke tingkat RW dan RT.

"Satgas ini harus dibentuk sampai bawah sebagai bentuk tanggung jawab bersama dalam penanganan sampah. Satgas ini bisa memiliki konsep dan kebijakan yang berbeda dari masing-masing desa dalam menangani sampah di desanya disesuaikan dengan sumber daya yang dimiliki," kata Atang.

Atang mengungkapkan, permasalahan sampah kerap menjadi laporan dari masyarakat yang masuk ke Call Center Indramayu Cepat Tanggap (I-Ceta). Selain itu, tidak sedikit keluhan masyarakat terkait sampah yang menyebar melalui media sosial.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement