REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Erik Hadi Saputra (Kaprodi Ilmu Komunikasi dan Direktur Kehumasan & Urusan Internasional, Universitas AMIKOM Yogyakarta)
Pembaca yang kreatif, sebuah pepatah Afrika "If you want to go fast, go alone. If you want to go far, go together". Itulah yang terjadi ketika Rabu (19/1) sebanyak 11 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berlokasi di Jakarta dan Bandung melaksanakan perjanjian kerja sama dengan tiga badan usaha yang dikelola oleh Yayasan Daarut Tauhiid, yaitu MQTV, MQFM, dan Kopontren DT. Kebersamaan itu terlihat ketika saya bersama sembilan pimpinan SMK tersebut melakukan perjalanan dari Jakarta ke Bandung.
Semua memperlihatkan antusiasme dan semangat untuk terus memperkuat sekolahnya dengan perkembangan dunia usaha dan industri. Penerimaan yang hangat juga ditunjukkan oleh Direktorat Pendidikan Daarut Tauhiid dalam menerima kunjungan itu. Bermalam di salah satu homestay yang masih berada dalam kawasan Eco Pesantren DT membuat para kepala sekolah sudah mengikuti kegiatan sejak maghrib. Walaupun acara inti dimulai ba’da subuh dengan demo robot USMAN (UVC Sterilizer Lantai Masjid yang Aman).
USMAN adalah model robot beroda di mana kendali micro-controller dapat berfungsi untuk sterilisasi lantai masjid dan karpet shalat dengan menggunakan sinar UVC. Beberapa orang yang terlibat dan tim USMAN juga hadir secara langsung dari Yogyakarta ke Bandung. Pencetus USMAN, Elik Hari Muktafin dalam presentasinya mengatakan bahwa tantangan kita saat ini adalah waktu. Tentunya Indonesia harus berbangga karena pada masa pandemi Covid-19 ini para inovator tertantang untuk memberikan solusi-solusi yang dibutuhkan sesuai dengan keadaan. Sebagian besar santri putra (siswa SMP, SMA dan SMK) yang hadir memenuhi masjid di waktu subuh itu terlihat antusias.
Para guru banyak yang mengganguk dan berdecak kagum dengan penjelasan itu. Setelah zuhur, rombongan melanjutkan kegiatannya di SMK BPI Bandung. Pimpinan yayasan, pengawas, dan manajemen sekolah serta mitra juga hadir dalam penyambutan. Suasana di dalam aula itu terlihat sangat kekeluargaan.
Pembaca yang kreatif, apa yang membuat semua terasa lebih mudah? Jawabannya adalah karena semua dilakukan bersama-sama. Masing-masing dengan perjalanannya dari Yogyakarta, Jakarta, menuju ke Bandung. Jika dengan segala potensi yang dimiliki akhirnya bergabung bersama pastilah memperolah manfaat lebih besar. Bisa dibayangkan betapa besarnya usaha yang dilakukan oleh satu sekolah jika ingin menjalin kerja sama dengan Industri. Membangun komunikasi sejak awal, mengatur jadwal, kesepahaman tentang isi kerja sama. Mengatur waktu luang pimpinan dalam seremonial acara. Semua itu belum tentu juga akan disetujui dalam waktu dekat.
Tidak jarang akhirnya agenda sebatas penjajakan kerja sama. Saya ingat sekali beberapa tahun lalu ketika mendampingi Direktur Business Placement Center & Alumni Amikom menjalin kerja sama dengan salah satu perusahaan besar yang sering merekrut alumni dalam bidang programming. Semula semuanya sudah terverifikasi, baik naskahnya, tanggalnya, dan nama pimpinan yang menandatanganinya. Sesampainya di sana, saat berbincang santai dan merapikan naskah MoU yang sudah disiapkan dari Yogya, pimpinan departemen yang sudah kita kenal baik itu pun meminta, "Bagaimana jika naskahnya tidak ditandatangani hari ini?".
Apa yang membuat beliau ragu? Ternyata, warna kuning logo yang tercetak pada kertas MoU itu terlihat terlalu muda, dan tidak sesuai dengan warna kuning yang seharusnya pada logo. Jelas penyebabnya adalah printer untuk mencetak sepertinya sudah kehabisan tinta, he he. Tentu kami harus memaklumi kondisi itu.
Setiap perusahaan mesti memiliki standar mutu yang harus mereka jaga. Bukan persoalan enak atau tidak enak. Yakinlah dengan memahami kondisi itu dapat meringankan beban Anda. Pembaca yang kreatif, jika Anda ingin pergi cepat, maka pergilah sendirian. Namun, jika Anda ingin pergi jauh maka pergilah bersama-sama. Sehat dan teruslah terinspirasi.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
