Jumat 21 Jan 2022 10:33 WIB

Mahasiswa Non-Muslim Raih Gelar Doktor Pendidikan Islam di Kampus Muhammadiyah

Selama kuliah S2 dan S3 di UMM, Robert John Pope semakin bisa memahami perbedaan.

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) asal Australia, Robert John Pope meraih gelar Doktor Pendidikan Agama Islam dalam acara wisuda ke-102 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang dihelat di Dome UMM, Kota Malang, Jawa Timur pada Selasa (18/1/2022).
Foto: Dok UMM
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) asal Australia, Robert John Pope meraih gelar Doktor Pendidikan Agama Islam dalam acara wisuda ke-102 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang dihelat di Dome UMM, Kota Malang, Jawa Timur pada Selasa (18/1/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Robert John Pope ikut menjadi satu dari ratusan mahasiswa yang ikut acara wisuda ke-102 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di Dome UMM, Kota Malang, Jawa Timur, Selasa (18/1/2022). Robert resmi meraih gelar Doktor Pendidikan Agama Islam. "Dia non-Muslim," demikian keterangan Humas UMM kepada Republika di Jakarta, Jumat (21/1/2022).

Robert menuturkan, Kampus Putih telah memberikannya perspektif baru lewat program Pendidikan Agama Islam yang telah dituntaskan. Dia menyebut, ada dua hal yang dipelajarinya selama berstatus mahasiswa di UMM. Pertama, yaitu mengenai perbedaan yang dianggap sebagai sesuatu yang positif. Setiap orang seyogianya bisa memahami dan mengerti perbedaan dengan baik, bukan malah saling menyalahkan.

Baca Juga

Kedua, Kampus Putih telah mengajarkannya untuk tidak takut berpikir kritis. Robert menekankan, setiap orang tidak boleh berhenti pada pemikiran yang stagnan, tapi harus bergerak ke pemikiran yang dinamis. Dengan begitu, setiap orang akan menghasilkan banyak inovasi dan manfaat.

"Satu pesan saya untuk para wisudawan adalah jadilah seorang global ciitizen. Yakni bisa menjadi pribadi berani untuk berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda, tidak hanya pada mereka yang sama. Sekali lagi, selamat telah menyelesaikan salah satu bagian perjalanan akademi kita," kata Robert dalam siaran pers.

Sebelum menempuh pendidikan S3, ia juga menuntaskan pendidikan S2 di UMM, yaitu program Magister Pendidikan Agama Islam. Robert menjadi mahasiswa UMM selama hampir 10 tahun. Hanya saja, dia sempat balik ke tempat asalnya di Renmark, Australia usai lulus S2 di UMM atau tidak langsung meneruskan S3.

"Saya datang beberapa tahun yang lalu di Muhammadiyah di UMM Malang dan agak berbeda karena seorang bule mengikuti program Agama Islam, Pendidikan Agama Islam di UMM. Jadi yang pertama saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada UMM yang mengizinkan saya untuk mengalami sesuatu yang sangat unik," kata Robert.

Robert mengaku, baru kembali dari Australia tiga pekan lalu, dan waktu satu pekan harus dihabiskan untuk menjalani masa karantina. Ketika balik ke negeri asal selama 20 bulan, ia memiliki prespektif berbeda dalam memandang kehidupan. Hal itu terjadi berkat pengalamannya selama kuliah di UMM.

"Dari beberapa kelas ingat teman-teman saya, saya melihat sangat jelas bahwa sering kami memiliki cara memandang yang berbeda cara melihat dunia yang berbeda, tetapi dengan pengalaman di Muhamamdiyah saya belajar dua hal, yang pertama perbedaan adalah sesuatu yang sangat positif dan menarik daripada semua kesamaan," kata Robert.

Dia menjelaskan, seringkali mahasiswa di kelas masih berdebat ketika mata kuliah sudah selesai. Daripada diam saja, menurut Robert, diskusi dengan rekannya terus berjalan untuk membahas materi di kelas. Dengan saling mengenal pandangan rekannya yang berbeda, Robert mengaku, sedang mempraktikkan isi Surat Al Hujurat ayat 13.

"Saya belajar dari Alquran Surat al Hujurat bahwa manusia diciptakan dengan bahasa dan budaya yang berbeda, bukan manusia yang membuat manusia berbeda, dan itu supaya kita semua bisa saling mengenal, pengalaman saya di UMM berarti saya bisa terapkan ayat itu di UMM," kata Robert bangga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement