Kamis 20 Jan 2022 10:24 WIB

Kemenag Bantu Jeni Bangkit demi Hidupi Empat Anak

Dengan bantuan modal dari Kemenag omzet usaha Jeni meningkat drastis

Jeni Suherni, kini menjadi seorang single parent setelah suaminya wafat pada Desember 2020 lalu akibat Covid-19. Ia harus menghidupi empat orang anak yang masih kecil dengan berjualan berbagai macam makanan dan lauk pauk, seperti bubur sumsum, ayam penyet, ayam geprek, dan pecel lele.
Foto: Kemenag,
Jeni Suherni, kini menjadi seorang single parent setelah suaminya wafat pada Desember 2020 lalu akibat Covid-19. Ia harus menghidupi empat orang anak yang masih kecil dengan berjualan berbagai macam makanan dan lauk pauk, seperti bubur sumsum, ayam penyet, ayam geprek, dan pecel lele.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 yang melanda di Indonesia menimbulkan banyak korban jiwa. Menurut data dari Satgas Penanganan Covid-19, hingga Rabu (19/1/2022) korban meninggal dunia akibat Covid-19 mencapai lebih dari 144 ribu jiwa.

Jeni Suherni, kini menjadi seorang single parent setelah suaminya wafat pada Desember 2020 lalu akibat Covid-19. Ia harus menghidupi empat orang anak yang masih kecil dengan berjualan berbagai macam makanan dan lauk pauk, seperti bubur sumsum, ayam penyet, ayam geprek, dan pecel lele.

Baca Juga

"Awalnya kami berdua usaha percetakan dan foto copy, tapi karena pandemi kan sekolah dan kantor pada libur, jadi atas usulan suami, kami mencoba buka usaha makanan," terang Jeni yang berjualan di kawasan Klender, Jakarta, Rabu (19/1/2022).

Jeni mengaku, sejak suaminya meninggal dunia setahun lalu, ia cukup kerepotan untuk menjalankan usahanya sehingga pendapatan yang dihasilkan merosot drastis. Namun, sejak mendapatkan pendampingan Tim Penyuluh Agama dari Kantor Urusan Agama Duren Sawit, usahanya mulai berkembang.

"Sebelum dapat bantuan modal dan pendampingan dari Kemenag, omzet saya hanya sekitar Rp 2-3 juta per bulan. Alhamdulillah, kini sudah bisa mencapai Rp 6 jutaan per bulan," ungkap Jeni.

Hanya jualan online

Tempat usaha Jeni yang dinamakan Masakan Mommy ini terletak di pemukiman padat penduduk. Namun, banyak pembeli yang salah menduga jika tempat tersebut merupakan rumah makan atau sebuah kedai karena pilihan menu yang beragam. Meski dalam aplikasi sudah dijelaskan bahwa pesanan hanya untuk dibawa pulang (delivery order).

"Pernah ada pasangan suami istri yang datang ke sini, karena istrinya sedang ngidam bubur sumsum. Suaminya pikir ini semacam restoran, akhirnya mereka tetap makan di sini sambil lesehan," ungkap Jeni.

Setelah mendapatkan bantuan modal dari Kementerian Agama, Jeni menggunakannya untuk menambah varian menu yang dijual berupa makanan olahan beku (frozen food) seperti nuggets, sosis, dan otak-otak.

"Harapan saya, jika usaha ini bisa berkembang, mau sewa toko supaya pelanggan bisa makan di tempat, karena kalau dicampur dengan tempat tinggal lumayan repot," tutupnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement