Kamis 20 Jan 2022 02:50 WIB

WHO Sebut Omicron Bukan Varian Terakhir Covid-19

Tingkat infeksi tinggi kemungkinan akan menyebabkan varian baru saat virus bermutasi.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Ani Nursalikah
Petugas kesehatan melakukan tes usap COVID-19 kepada seorang bocah saat tes massal di Kelurahan Krukut, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat, Senin (10/1/2022). Tes usap yang dilakukan kepada 500 warga Krukut tersebut menindaklanjuti ditemukannya 36 kasus COVID-19 di wilayah itu di mana satu di antaranya suspek varian Omicron. WHO Sebut Omicron Bukan Varian Terakhir Covid-19
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Petugas kesehatan melakukan tes usap COVID-19 kepada seorang bocah saat tes massal di Kelurahan Krukut, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat, Senin (10/1/2022). Tes usap yang dilakukan kepada 500 warga Krukut tersebut menindaklanjuti ditemukannya 36 kasus COVID-19 di wilayah itu di mana satu di antaranya suspek varian Omicron. WHO Sebut Omicron Bukan Varian Terakhir Covid-19

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan varian Omicron tidak akan jadi varian terakhir Covid-19. Terdapat tingkat infeksi yang tinggi di seluruh dunia yang kemungkinan akan menyebabkan varian baru saat virus bermutasi.

"Kami mendengar banyak orang bilang omicron adalah varian terakhir, yang berakhir setelah ini. Dan itu tidak terjadi karena virus ini beredar pada tingkat yang sangat intens di seluruh dunia. Namun, hal ini belum berakhir nantinya akan ada varian baru yang muncul," kata Pimpinan Teknis Covid-19 dari WHO, Maria Van Kerkhove dikutip dari CNBC pada Rabu (19/1/2022).

Baca Juga

Ia melanjutkan infeksi baru telah meningkat 20 persen secara global selama seminggu terakhir dengan hampir 19 juta total kasus yang dilaporkan. Tetap ia mencatat infeksi baru yang tidak dilaporkan akan membuat jumlah sebenarnya jauh lebih tinggi.

Ia menambahkan sekarang bukan saatnya untuk melonggarkan langkah-langkah kesehatan masyarakat, seperti membatasi pemakaian masker dan menjaga jarak fisik.  Ia meminta pemerintah untuk memperkuat langkah-langkah itu untuk mengendalikan virus dengan lebih baik dan mencegah gelombang infeksi di masa depan ketika varian baru muncul.

 

"Jika kami tidak melakukan ini sekarang, kami akan beralih ke krisis berikutnya. Dan kami harus mengakhiri krisis yang kami alami saat ini dan kami dapat melakukannya pada saat ini. Jadi, jangan tinggalkan ilmu. Jangan tinggalkan strategi yang sedang berjalan, yaitu menjaga dan orang-orang yang kami cintai tetap aman," kata dia.

Ia ingin pemerintah untuk berinvestasi lebih banyak dalam sistem pengawasan untuk melacak virus saat bermutasi. Ini tidak akan menjadi varian terakhir yang menjadi perhatian.

Pada Desember, tim ilmuwan Afrika Selatan menerbitkan sebuah penelitian kecil yang menemukan orang yang terinfeksi omicron mungkin telah meningkatkan perlindungan kekebalan terhadap varian delta.  

Sebuah badan penelitian yang berkembang juga menemukan bahwa orang yang terinfeksi omicron umumnya tidak sakit seperti orang yang terinfeksi delta.  Peningkatan perlindungan kekebalan dan penyakit yang tidak terlalu parah, secara bersama-sama dapat mengakibatkan virus menjadi kurang mengganggu masyarakat.

WHO telah berulang kali memperingatkan bahwa distribusi vaksin yang tidak merata di seluruh dunia telah menyebabkan tingkat imunisasi yang rendah di negara-negara berkembang, membuat populasi yang besar rentan terhadap munculnya varian baru.  

WHO telah menetapkan target untuk setiap negara untuk memvaksinasi 40 persen dari populasinya pada akhir tahun 2021. Namun, 92 negara belum mencapai tujuan itu. Pandemi ini belum berakhir dan dengan pertumbuhan omicron yang luar biasa secara global, varian baru kemungkinan akan muncul, itulah sebabnya pelacakan dan penilaian tetap penting.

https://www.google.co.id/amp/s/www.cnbc.com/amp/2022/01/18/who-says-omicron-wont-be-last-covid-variant-as-global-cases-surge-by-20percent-in-a-week.html

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement