Rabu 19 Jan 2022 08:52 WIB

Tren Harga Emas Menguat Tahun Ini, Simak Rekomendasi Beli dan Jualnya

Tren harga emas naik tahun ini diperkirakan karena penundaan kenaikan suku bunga FED

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Karyawan menunjukan emas batangan di Butik Emas Antam, Kebon Sirih, Jakarta. Harga emas diperkirakan akan menguat meski di tengah sentimen kenaikan suku bunga acuan tahun ini. Direktur Utama PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksi harga emas mampu bergerak di atas harga penutupan perdagangan akhir tahun 2021 yang bertengger di level 1.818 dolar AS per ons troi.
Foto: GALIH PRADIPTA/ANTARA
Karyawan menunjukan emas batangan di Butik Emas Antam, Kebon Sirih, Jakarta. Harga emas diperkirakan akan menguat meski di tengah sentimen kenaikan suku bunga acuan tahun ini. Direktur Utama PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksi harga emas mampu bergerak di atas harga penutupan perdagangan akhir tahun 2021 yang bertengger di level 1.818 dolar AS per ons troi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga emas diperkirakan akan menguat meski di tengah sentimen kenaikan suku bunga acuan tahun ini. Direktur Utama PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksi harga emas mampu bergerak di atas harga penutupan perdagangan akhir tahun 2021 yang bertengger di level 1.818 dolar AS per ons troi. 

Ibrahim mengakui, berakhirnya tren suku bunga rendah akibat kebijakan pengurangan stimulus atau tapering oleh bank sentral AS Federal Reserve (the Fed) sempat membuat harga emas tertekan. Namun koreksi yang terjadi tidak terlalu dalam karena adanya sejumlah kekhawatiran investor akan perkembangan varian omicron maupun situasi geopolitik akhir-akhir ini. 

Baca Juga

"Walaupun ada informasi bahwa the Fed akan mulai menaikkan suku bunga di bulan Maret, secara bersamaan varian omicron terus menyebar terutama di Eropa dan AS," kata Ibrahim kepada Republika, Rabu (19/1). 

Ibrahim menilai penyebaran Covid-19 khususnya varian omicron dapat menghambat laju pemulihan ekonomi di AS. Sehingga, the Fed berpotensi menunda kembali rencananya untuk menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. Hal ini membuat investor memburu emas untuk mengamankan asetnya. 

Lihat: Siap-Siap Beli, Mulai Hari Ini Minyak Goreng Dijual Cuma Rp 14 Ribu!

Sentimen lainnya yang mempengaruhi harga emas tahun ini yaitu telah disetujuinya proposal stimulus infrastruktur senilai 1,8 triliun dolar AS yang diajukan oleh Presiden Joe Biden. Jika proposal ini juga mendapat lampu hijau dari Kongres, maka kemungkinan besar AS akan menggelontorkan dana super jumbo.

"Hal tersebut akan membuat peredaran uang di Amerika akan cukup banyak kemudian tenaga kerja akan bertambah, ini yang membuat harga logam mulia dunia akan naik ke level 2.000-an," terang Ibrahim.

Situasi geopolitik antara Amerika dan sejumlah negara juga diperkirakan akan membuat kegiatan ekonomi di negeri Paman Sam tersebut terganggu. Ibrahim melihat, ada kemungkinan besar Ukraina yang didukung oleh Amerika Serikat akan terlibat perang terbuka dengan Rusia.

"Dalam kondisi geopolitik yang carut marut ini, Amerika diperkirakan belum akan menaikkan suku bunga. Ini yang membuat harga emas dunia mengalami penguatan," ujar Ibrahim. 

Di tengah tren penguatan ini, Ibrahim masih merekomendasikan investor untuk melakukan pembelian logam mulia. Namun setelah membeli, investor diminta tidak terburu-buru untuk menjualnya kembali dalam jangka pendek. Menurutnya, keuntungan dari investasi emas baru akan terasa dalam jangka menengah atau panjang. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement