Selasa 18 Jan 2022 16:44 WIB

Mendag Izinkan Impor Gula, Daging, dan Bawang Putih

Ia memastikan ketiga bahan pangan impor itu akan cukup untuk setahun ke depan.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Fuji Pratiwi
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi. Kemendag telah mengeluarkan izin impor gula, daging sapi, dan bawang putih.
Foto: ANTARA FOTO
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi. Kemendag telah mengeluarkan izin impor gula, daging sapi, dan bawang putih.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, menyampaikan, telah mengeluarkan izin impor tiga komoditas pangan pokok yakni gula, daging sapi, dan bawang putih untuk tahun 2022. Ia memastikan ketiga bahan pangan impor itu akan cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri setahun ke depan.

Hanya saja, Lutfi enggan mengungkapkan detail angka volume izin impor ketiga komoditas tersebut yang diteken oleh Kemendag. "Gula impor izin sudah dikeluarkan dan itu lebih dari cukup. Ini untuk memastikan kalau terjadi kenaikan harga, kita punya stok yang cukup," kata Lutfi dalam konferensi pers, Selasa (18/1/2022).

Baca Juga

Adapun untuk daging sapi, Lutfi menuturkan semua izin untuk kebutuhan impor tahun ini telah dikeluarkan. Diketahui, impor daging sapi beku selama ini mayoritas berasal dari Australia. Selain impor daging sapi beku juga didatangkan impor sapi bakalan dan digemukkan di peternakan dalam negeri.

"Saya tidak bisa sebut jumlah (impor) karena di internal harga sedang ketat," kata Lutfi.

Menurut dia, pasokan daging sapi impor terdekat akan tiba di Indonesia pada pekan terakhir Januari ini. Dengan kata lain, Kemendag menjamin kebutuhan daging sapi dari stok impor dijamin cukup.

Terakhir untuk komoditas bawang putih, Lutfi mengatakan importasi untuk tahun ini tidak jauh berbeda dibandingkan 2020. Di mana sepanjang 2021, Kementerian Pertanian (Kementan) mengeluarkan rekomendasi impor sebanyak 864 ribu ton adapun izin impor yang diterbitkan Kemendag hanya sekitar 600 ribu ton.

"Realisasi (impor) tidak lebih dari 475 ribu ton, jadi impor bawang putih sekitar 500 ribu ton setahun dan ini akan sesuai dengan yang kita jalankan dari tahun ke tahun," kata dia.

Sementara itu, Ekonom Universitas Indonesia (UI), Mohamad Ikhsan, mengatakan, pemerintah harus siap menghadapi tantangan di awal tahun karena situasi iklim yang dapat menganggu proses produksi pangan nasional. Gejolak harga pangan akan mempengaruhi laju inflasi terutama inflasi bahan pangan bergejolak.

Ia mengakui, selama 2021, inflasi bahan pangan bergejolak cukup terkendali yakni di kisaran 3,2 persen. Berbeda seperti sebelum 2018 di mana inflasi dari pangan dapat melonjak hingga 7 persen per tahun.

Meski demikian, menyambut tahun baru sejumlah mitigasi harus lebih dipersiapkan agar angka inflasi bisa dijaga, tidak terlalu tinggi namun juga tidak rendah.

"Stok (pangan) harus naik, dan kita harus membuka keran impor jika stok di dalam negeri tidak ada. Kuncinya produksi harus dijaga dan dari sisi rantai pasok juga dijaga," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement