Selasa 18 Jan 2022 06:20 WIB

ILO: Pemulihan Lapangan Kerja Berjalan Lebih Lambat

Durasi dan ketidakpastian pandemi buat pemulihan lapangan kerja berjalan lambat

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Pengangguran di AS (ilustrasi)
Pengangguran di AS (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) mengatakan pasar lapangan kerja global membutuhkan waktu yang lebih lama untuk pulih dibandingkan yang diperkirakan sebelumnya. Dalam laporannya ILO memprediksi setidaknya sampai 2023 angka pengangguran global tetap di atas sebelum pandemi Covid-19.

Penyebabnya, kata lembaga PBB itu, durasi dan ketidakpastian pandemi Covid-19. ILO memperkirakan jumlah lapangan kerja pada tahun 2022 masih kurang 52 juta dibanding sebelum pandemi. Jumlahnya dua kali lipat dibanding yang diperkirakan pada bulan Juni 2021 lalu.

Disrupsi akan terus berlanjut hingga 2023 ketika jumlah lapangan kerja masih lebih sedikit 27 juta dibanding sebelum pandemi. Dalam laporan World Employment and Social Outlook untuk tahun 2020 ILO mengatakan pemulihan lapangan kerja "berjalan lambat dan tidak pasti".

"Sejak proyeksi ILO yang terakhir prediksi pasar tenaga kerja global menurun; beberapa tahun ke depan kembali ke performa sebelum pandemi masih sulit tetap dipahami bagi sebagian besar dunia," kata ILO dalam laporan yang dirilis, Senin (17/1/2022).

Direktur Jenderal ILO Guy Ryder mengatakan perubahan prediksi ini didorong beberapa faktor. "Salah satu yang utama adalah berlanjutnya pandemi dan varian-variannya, terutama Omicron," katanya.

Laporan ILO menyebutkan kecepatan pemulihan setiap kawasan berbeda-beda. Eropa dan Amerika Utara menunjukkan tanda-tanda yang paling menggembirakan. Sementara Asia Tenggara dan Amerika Selatan masih terbelakang.

Namun menurunya jam kerja pada tahun ini mencerminkan kemajuan dalam dua tahun terakhir. ILO memprediksi pada tahun 2021 terdapat 120 juta pekerjaan lebih sedikit dibandingkan sebelum pandemi dan 258 juta pekerjaan pada tahun 2020.

Secara keseluruhan diperkirakan terdapat sekitar 207 juta orang yang menganggur pada tahun 2020. Namun laporan itu mengatakan dampaknya akan jauh lebih besar karena banyak orang yang berhenti kerja dan belum kembali lagi.

Angkanya paling banyak adalah perempuan karena mereka melakukan pekerjaan tidak dibayar di rumah seperti mengajar anak-anak selama sekolah jarak jauh atau merawat sanak keluarga yang sakit.

ILO memprediksi ketimpangan jumlah perempuan dan laki-laki yang berhenti bekerja karena pandemi akan menyempit dalam beberapa tahun ke depan. Tapi "kesenjangan besar" diantaranya akan bertahan.

"Terdapat beberapa indikasi anekdot mereka tidak kembali dengan jumlah yang sama dan porsi yang sama seperti laki-laki menimbulkan kekhawatiran dampak 'jangka panjang Covid' pada gender di tempat kerja akan negatif," kata Ryder.

Beberapa orang meninggalkan angkatan kerja secara sukarela atas fenomena yang para ekonom sebut "pengunduran diri massal". Ryder mengatakan fenomena itu tampaknya lebih terlihat di bidang kesehatan dan perawatan.

"Kami harus melihatnya lagi dan berinvestasi lebih jauh di bidang-bidang kegiatan ekonomi itu," katanya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement