Legislator Ingatkan Kesiapan Hadapi Gelombang Ketiga Covid-19

Perlu ada sosialisasi gencar tentang varian Omicron lebih terpadu dan lengkap .

Sabtu , 15 Jan 2022, 15:27 WIB
Pengendara motor mengenakan masker saat melintas di Jalan MH Thamrin, Jakarta, Rabu (12/1/2022). Kemenkes memprediksi puncak penyebaran kasus COVID-19 varian Omicron akan terjadi pada awal atau pertengahan Februari 2022.
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay/foc.
Pengendara motor mengenakan masker saat melintas di Jalan MH Thamrin, Jakarta, Rabu (12/1/2022). Kemenkes memprediksi puncak penyebaran kasus COVID-19 varian Omicron akan terjadi pada awal atau pertengahan Februari 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Anggota Komisi IX DPR Kurniasih Mufidayati menyoroti kasus Omicron di Indonesia yang sudah mencapai 414 kasus sejak diumumkan kasus pertama pada 15 Desember 2021. Saat ini bahkan dikonfirmasi sudah terjadi kasus transmisi lokal Omicron di Indonesia.

Mufida meminta sosialisasi gencar tentang varian Omicron lebih terpadu dan lengkap. Ia khawatir masyarakat hanya menyimpulkan gejala Omicron lebih ringan sehingga kehilangan kewaspadaan.

Baca Juga

"Meski disebut lebih ringan tapi tetap saja itu gejala yang memerlukan perawatan. Jadi kami minta agar semua kesiapan dilakukan untuk mengantisipasi jika terjadi gelombang ketiga dengan varian Omicron ini," kata Mufida dalam keterangan pers, Jumat (14/1). 

Mufida mencontohkan pemerintah bisa memutuskan perawatan di rumah. Ia meminta ada dukungan dan kesiapan obat-obatan dan telemedicine yang jauh lebih memadai dan sigap. 

"Jika ada gejala demam atau batuk tetap saja butuh obat kan. Lalu sistem telemedicine yang tepat, cepat dan akurat nanti seperti apa. Ini yang harus disiapkan dari sekarang. Kita sudah pernah melewati gelombang kedua dengan varian Delta seharusnya ada perbaikan yang signifikan sebagai bagian kesiapan kita menghadapi Omicron yang sudah transmisi lokal ini," ujar Mufida. 

Selain obat-obatan, pasokan vitamin, oksigen, maupun sarana isolasi terpusat jika banyak rumah-rumah yang tidak memadai untuk melakukan isolasi mandiri.

"Ini bagian dari merencanakan yang terburuk. Jika yang terburuk skenario sudah kita siapkan, maka kita akan jauh lebih sigap menghadapi skenario yang lebih ringan. Mitigasinya harus seperti itu," lanjut Mufida.

Selain penyiapan di hulu, 3T dan pengingatan protokol 5M di hilir tak bosan-bosannya terus dia ingatkan. Terlebih saat ini PTM 100 persen di sekolah dan beberapa universitas sudah mulai diberlakukan. Mufida juga meminta agar mengaktifkan lagi satgas-satgas covid-19 di tingkat masyarakatseperti di RT/RW yang mungkin sebagian sudah dibubarkan atau tidak diaktifkan karena kasus menurun."Termasuk memberikan dukungan bagi warga atau keluarga yang harus isolasi mandiri karena terpapar varian Omicron," kata Mufida.

Selain itu, Mufida meminta agar sudah mulai dilakukan penguatan koordinasi antara satgas dengan Puskesmas jika memang banyak dilakukan isolasi mandiri di rumah, termasuk untuk pemenuhan kebutuhan obat, vitamin dan pemantauan kondisi pasien. 

"Kita belajar dari kasus varian delta dimana cukup banyak yang akhirnya tidak tertolong saat melakukan isolasi mandiri di rumah. Bagaimanapun bagi yang memiliki komorbid atau lansia, cukup rawan itu sampai pada kondisi sedang atau berat bahkan kematian seperti yang terjadi di luar negeri," ucap Mufida.