Kamis 13 Jan 2022 23:13 WIB

Saat Masyarakat Adukan Sang Gubernur kepada Khalifah Umar bin Khattab

Masyarakat Syam mengadukan perilaku khalifah mereka ke Umar bin Khattab

Salah satu sudut kota tua Damaskus, Syam dulu (Ilustrasi). Masyarakat Syam mengadukan perilaku khalifah mereka ke Umar bin Khattab
Foto: http://globalheritagenetwork.ning.com
Salah satu sudut kota tua Damaskus, Syam dulu (Ilustrasi). Masyarakat Syam mengadukan perilaku khalifah mereka ke Umar bin Khattab

Oleh : Ustadz Yendri Junaidi Lc MA, dosen STIT Diniyyah Puteri Padang Panjang, alumni Al-Azhar Mesir

REPUBLIKA.CO.ID, - Setelah memecat Muawiyah dari Syam, Khalifah Umar bin Khattab RA mencari-cari siapa sosok yang tepat untuk memimpin Syam. Akhirnya pilihannya jatuh pada sosok Sa’id bin Amir al-Jumahi RA. 

Mulanya Sa’id menolak. Ia berkata: “Jangankan masukkan diriku ke dalam fitnah wahai Amirul Mukminin.” Tapi Umar berkata, “Kalian letakkan amanah ini di pundakku lalu kalian tinggalkan aku .”  

Baca Juga

Akhirnya Sa’id bersedia menerima amanah berat itu.   

Suatu ketika Umar bertanya kepada beberapa pemuka masyarakat Syam tentang Gubernur mereka, Sa’id bin Amir. 

Mereka menjawab, “Ada tiga hal yang kami keluhkan darinya.” 

Mendengar hal ini Umar kaget. Ia sudah menaruh harapan besar kepada Sa’id. Bagaimana mungkin masyarakat yang dipimpinnya masih mengeluhkan sesuatu tentang dirinya. Umar benar-benar tidak ingin kecewa, karena ia merasa tidak salah pilih ketika meminta Sa’id memimpin Syam. 

Akhirnya Umar datang langsung ke Syam. Ia lalu mempertemukan Sa’id bin Amir dengan masyarakat yang mengeluhkan dirinya. 

Umar berkata, “Silakan sampaikan apa yang kalian keluhkan dari Gubernur kalian?” 

Mereka berkata, “Pertama, ia baru keluar rumah mengurus masyarakatnya setelah matahari naik.” 

Umar menghadap pada Said, “Benarkah demikian Sa’id?” 

Sa’id menjawab, “Benar wahai Amirul Mukminin.” 

“Mengapa demikian?” tanya Umar lagi. 

“Sebenarnya saya tidak mau menjawabnya. Tapi apa boleh buat, karena ini adalah inspeksi. Wahai Amirul Mukminin, saya tidak punya pembantu. Karena itu, di pagi hari saya bersama istri mengolah gandum dulu untuk dibuat roti, makan kami hari itu.” 

Umar sedikit lega. Ternyata penyebab Gubernurnya ‘telat’ keluar rumah disebabkan hal yang sangat pokok (makan), dan ia tak punya pembantu. 

“Apa yang kedua?” tanya Umar kepada mereka yang mengadukan Sa’id. 

“Yang kedua, ia tidak pernah mau menerima kami di malam hari.” 

“Apa penjelasanmu Sa’id?” 

“Yang ini saya juga tidak mau menjawabnya. Tapi karena sudah ditanyakan apa boleh buat. Wahai Amirul Mukminin, saya sudah serahkan untuk mereka seluruh waktu siang saya. Maka malam hari adalah waktu saya bersama Rabb saya.” 

Umar kembali merasa lega. 

“Yang ketiga apa?” tanya Umar kepada mereka. 

“Yang ketiga, ada satu hari setiap pekan ia tidak keluar sama sekali dari rumahnya. 

“Kenapa demikian Said?” tanya Umar. 

“Wahai Amirul Mukminin, saya hanya punya sehelai baju. Maka satu hari setiap pekan saya mencuci baju itu. Saya menunggunya sampai kering karena saya tidak punya baju yang lain.” 

Umar pun menarik nafas lega. Ternyata pilihannya benar-benar tepat. Seorang pemimpin yang rela berkorban demi rakyat dan tidak mengambil keuntungan apapun dari mereka. Bahkan ketika Umar meminta beberapa orang petugas untuk mendata nama-nama fakir miskin di Syam terlihat dalam list itu ada nama Sa’id bin Amir, Gubernur Syam sendiri.    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement