Rabu 12 Jan 2022 20:48 WIB

Setelah Sri Lanka, Giliran Ekuador Minta Tunda Bayar Utang ke China

Ekuador memiliki utang sebesar 5 miliar dolar AS kepada China

Rep: Kamran Dikarma/Dwina/ Red: Teguh Firmansyah
 Presiden  Ekuador Guillermo Lasso.
Foto: AP/Dolores Ochoa
Presiden Ekuador Guillermo Lasso.

REPUBLIKA.CO.ID, QUITO -- Presiden Ekuador Guillermo Lasso dijadwalkan melakukan kunjungan ke China pada awal Februari mendatang. Dia hendak merundingkan kembali masa utang negaranya kepada Negeri Tirai Bambu. Sebelumnya Sri Lanka juga mengajukan restrukturisasi utang ke China.

“Masalahnya adalah berurusan dengan mekanisme pembayaran utang kami saat ini secara transparan dan langsung. Itu adalah proposal inovatif yang memiliki kepentingan luas dalam komunitas internasional dan kami percaya bahwa Cina akan dapat menerima beberapa mekanisme ini,” kata Menteri Luar Negeri Ekuador Juan Carlos Holguin, Selasa (11/1/2022).

Baca Juga

Ekuador memiliki utang sebesar 5 miliar dolar AS kepada China. Sebagian besar utang tersebut dijadwalkan dibayar dalam tiga tahun ke depan. Menurut Holguin, Lasso hendak mengajukan proposal baru pembayaran utang saat bertemu Presiden China Xi Jinping.

Dalam kunjungannya, Lasso juga berencana menandatangani nota kesepahaman untuk memulai negosiasi mengenai kesepakatan perdagangan bilateral. Dia dan Xi pun hendak membahas isu-isu lain seperti kelestarian lingkungan.

Dalam satu dekade terakhir, China telah menjadi mitra keuangan utama Ekuador. Mereka melakukan pertukaran minyak mentah untuk perjanjian kredit. Pengaturan kredit terbuka dan investasi multi-juta dolar di industri pertambangan serta bendungan.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement