Kamis 13 Jan 2022 06:48 WIB

Paris Ungkap Pemulihan Kesepakatan Nuklir Iran Jauh dari Kata Sepakat

Pembicaraan kesepakatan nuklir Iran berjalan lambat

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Fasilitas Nuklir Iran.
Foto: google.com
Fasilitas Nuklir Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Menteri Luar Negeri (Menlu) Prancis Jean-Yves le Drian mengatakan, pemulihan kesepakatan nuklir 2015 dengan Iran dan kekuatan dunia masih jauh dari kesepakatan, Selasa (11/1/2022) waktu setempat. Prancis menilai pembicaraan itu berjalan lambat meski pada akhir Desember membuat sedikit kemajuan.

"Diskusi sedang berlangsung. Mereka lambat, terlalu lambat, dan itu menciptakan celah yang membahayakan peluang menemukan solusi yang menghormati kepentingan semua pihak," kata Jean-Yves le Drian dalam dengar pendapat parlemen.

Baca Juga

"Sedikit kemajuan telah dicapai pada akhir Desember, tetapi kami masih jauh dari menyelesaikan negosiasi ini," ujarnya menambahkan.

Negosiasi tidak langsung antara Iran dan Amerika Serikat (AS) untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir Iran 2015 dilanjutkan pada 3 Januari. Para diplomat Barat telah mengindikasikan negosiasi ini memiliki terobosan pada akhir Januari atau awal Februari.

Namun demikian perbedaan tajam tetap ada dengan masalah terberat yang masih belum terselesaikan. Iran telah menolak tenggat waktu yang diberlakukan oleh kekuatan Barat.

Pembicaraan putaran kedelapan, yang pertama di bawah Presiden baru garis keras Iran Ebrahim Raisi, dilanjutkan setelah menambahkan beberapa tuntutan baru Iran ke sebuah teks kerja. Iran menolak untuk bertemu langsung dengan pejabat AS.

Hal itu berarti bahwa pihak lain seperti Inggris, China, Prancis, Jerman dan Rusia harus bolak-balik antara kedua belah pihak. Sedikit yang tersisa dari kesepakatan itu, yang mencabut sanksi terhadap Teheran dengan imbalan pembatasan kegiatan nuklirnya.

Baca: Temukan 2 Kasus Omicron, China Kurung 20 Juta Orang dengan Lockdown 3 Kota

Mantan presiden Donald Trump menarik Washington keluar dari kesepakatan nuklir 2015 pada 2018 dan menerapkan kembali sanksi AS. Sejak itu Iran kemudian melanggar banyak pembatasan nuklir kesepakatan dan terus mendorong jauh melampaui apa yang disepakati.

Baca: Kucurkan Rp 4,4 Triliun, AS: Kami Tetap Jadi Donor Tunggal Terbesar di Afghanistan

Baca: Udara Beku Kutub Utara Sapu Wilayah Timur Laut AS, Suhunya Menusuk Kulit

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement