Selasa 11 Jan 2022 16:53 WIB

Omicron Jadi Varian Dominan di Ceska

Puncak gelombang Omicron diperkirakan pada akhir Januari.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron. Puncak gelombang Omicron di Ceska diperkirakan pada akhir Januari.
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron. Puncak gelombang Omicron di Ceska diperkirakan pada akhir Januari.

REPUBLIKA.CO.ID, PRAHA -- Omicron di Republik Ceska telah menjadi varian dominan virus corona penyebab penyakit COVID-19. Lembaga Nasional Kesehatan Masyarakat (SZU), Senin (10/1/2022) melaporkan negara Eropa tengah yang berpenduduk 10,7 juta jiwa itu memperkirakan gelombang Omicron akan mencapai puncak pada akhir Januari.

Jumlah kasus harian bisa mencapai 50.000 orang. Namun, gambaran seperti itu kemungkinan tidak lengkap karena beban diperkirakan akan muncul pada kapasitas pengujian.

Baca Juga

SZU mengatakan Omicron hingga 8 Januari telah menyumbang lebih dari 50 persen kasus positif COVID-19.Sampel-sampel yang berasal dari kebanyakan kota besar pada 9 Januari menunjukkan bahwa 70 persen kasus COVID yang muncul disebabkan oleh varian Omicron.

Pemerintah sudah berencana untuk mengizinkan mereka yang bekerja di bidang-bidang sangat penting, termasuk layanan darurat, sektor kesehatan dan energi, untuk tetap pergi bertugas. Mereka tetap akan diizinkan melaksanakan tugas kendati hasil tes cepat yang mereka jalani menunjukkan positif COVID-19.

Pemerintah juga mempersingkat masa karantina menjadi hanya lima hari bagi orang yang terkena COVID namun tak bergejala.Sejauh ini, kasus Omicron tidak meningkatkan secara signifikan jumlah harian infeksi.

Jumlah pasien yang dirawat inap juga terus menurun dan gelombang infeksi sebelumnya menyurut. Pada Ahad (9/1/2022), ada 2.229 orang yang dirawat di rumah sakit. Jumlah itu turun lebih dari 7.000 orang dibandingkan pada awal Desember.

Ceska merupakan salah satu negara di dunia yang mencatatkan angka terburuk menyangkut kematian per kapita selama pandemi. Angka tersebut hingga Ahad mencapai 36.624 jiwa.

 

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement