Selasa 11 Jan 2022 01:46 WIB

Presiden Rusia Putin Tuding Ada Campur Tangan Asing dalam Kerusuhan Kazakhstan

Setidaknya 164 orang tewas dalam gelombang demonstrasi di Kazakhstan

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
 Polisi Kazakhstan selama protes atas kenaikan harga energi di Almaty, Kazakhstan, 05 Januari 2022 (dikeluarkan 09 Januari 2022). Para pengunjuk rasa menyerbu kantor walikota di Almaty, saat Presiden Kazakh Kassym-Jomart Tokayev mengumumkan keadaan darurat di ibu kota hingga 19 Januari 2022. 164 orang tewas dalam kerusuhan tersebut, lapor Kementerian Kesehatan Kazakhstan. Akibat kerusuhan itu, 2.265 orang di berbagai daerah di tanah air mengajukan permohonan bantuan medis. 83 orang dalam kondisi serius di rumah sakit.
Foto: EPA-EFE/STRINGER
Polisi Kazakhstan selama protes atas kenaikan harga energi di Almaty, Kazakhstan, 05 Januari 2022 (dikeluarkan 09 Januari 2022). Para pengunjuk rasa menyerbu kantor walikota di Almaty, saat Presiden Kazakh Kassym-Jomart Tokayev mengumumkan keadaan darurat di ibu kota hingga 19 Januari 2022. 164 orang tewas dalam kerusuhan tersebut, lapor Kementerian Kesehatan Kazakhstan. Akibat kerusuhan itu, 2.265 orang di berbagai daerah di tanah air mengajukan permohonan bantuan medis. 83 orang dalam kondisi serius di rumah sakit.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Presiden Rusia Vladimir Putin menduga terdapat campur tangan asing dalam pecahnya kerusuhan di Kazakhstan. Setidaknya 164 orang sudah dilaporkan tewas selama gelombang demonstrasi menentang kenaikan harga bahan bakar gas cair tersebut dimulai pada 2 Januari lalu.

 

Baca Juga

“Peristiwa di Kazakhstan bukanlah yang pertama dan jauh dari upaya terakhir untuk mencampuri urusan dalam negeri kita dari luar,” kata Putin saat berbicara dalam konferensi video negara anggota Collective Security Treaty Organisation (CSTO), sebuah aliansi keamanan yang dipimpin Rusia, Senin (10/01/2022), dikutip laman the Guardian. 

 

Selain Rusia dan Kazakhstan, CSTO turut beranggotakan Belarusia, Kirgistan, Armenia, dan Tajikistan. CSTO mengerahkan sekitar 2.500 anggota pasukan ke Kazakhstan untuk membantu pemerintah negara tersebut menangani gelombang demonstrasi.

 

"Langkah-langkah yang diambil oleh CSTO memperjelas bahwa kami tidak akan membiarkan siapa pun mengacaukan situasi di rumah kami dan menerapkan apa yang disebut skenario revolusi warna," kata Putin.

Dalam pertemuan virtual CSTO, Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev menggambarkan aksi protes di negaranya sebagai upaya kudeta. Selain aktor internal, dia pun meyakini terdapat pihak-pihak eksternal yang terlibat. “Dengan kedok protes spontan, gelombang kerusuhan pecah. Menjadi jelas bahwa tujuan utamanya adalah untuk merusak tatanan konstitusional dan untuk merebut kekuasaan. Kami berbicara tentang upaya kudeta,” katanya.

Pada kesempatan itu, Tokayev turut menyampaikan terima kasih kepada Putin. "Saya ingin menyampaikan kata-kata terima kasih khusus kepada Presiden Federasi Rusia Vladimir Vladimirovich Putin atas pengertiannya dan penyelesaian cepat masalah pengiriman kontingen penjaga perdamaian CSTO ke Kazakhstan. Dengan Anda, Vladimir Vladimirovich yang terhormat, kami telah telah berhubungan terus-menerus sejak hari-hari pertama serangan teror di negara kami," ucapnya. 

Baca: Swiss Larang Tentara Pakai Aplikasi Pesan Asal AS dari Whatsapp Hingga Telegram

Baca: Awalnya Berdalih Mengawasi, Kini AS Malah Bangun Kilang Minyak di Suriah

Tokayev juga menyampaikan terima kasih kepada Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan. Sebab Armenia, sebagai ketua CSTO saat ini, memberi persetujuan cepat atas dokumen-dokumen yang diperlukan. 

Baca: Bayang-Bayang Kuasa Mantan Presiden di Balik Kekacauan Kazakhstan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement