Senin 10 Jan 2022 20:22 WIB

Pemuka Gereja: Ekstremis Zionis Ancam Warga Kristen di Yerusalem

Kelompok radikal Israel dinilai ingin mengusir Kristen Palestina.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
 Warga Kristen Palestina (ilustrasi).
Foto: EPA
Warga Kristen Palestina (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA -- Patriark Ortodoks Yunani Yerusalem, Theophilos III, menuding kelompok radikal Israel mengancam keberadaan warga Kristen di Yerusalem. Dia meyakini, kelompok tersebut memiliki tujuan mengusir komunitas Kristen Palestina dari kota suci tersebut.

“Keberadaan kami di Yerusalem berada di bawah ancaman,” kata Theophilos III dalam sebuah kolom di Times of London yang diterbitkan pada Sabtu (8/1/2022), dikutip laman Middle East Eye.

Baca Juga

Dia menyebut gereja-gereja di Yerusalem terancam oleh kelompok pinggiran radikal Israel. “Di tangan para ekstremis Zionis ini, komunitas Kristen di Yerusalem sangat menderita,” tulisnya.

"Saudara dan saudari kami adalah korban kejahatan kebencian. Gereja-gereja kita secara teratur dinodai dan dirusak. Klerus kami sering menjadi sasaran intimidasi,” kata Theophilos III menambahkan.

Theophilos III tidak menyatakan secara gamblang kelompok radikal mana yang dia maksud. Namun dia menekankan, kelompok tersebut tak mewakili Israel atau umat Yahudi. Kendati demikian, ia menyerukan agar Yerusalem tetap menjadi komunitas mosaik yang beragam dari Yudaisme, Kristen, dan Islam.

Sebelum Theophilos III menyampaikan pendapatnya, gereja-gereja di Yerusalem memang telah melaporkan serangkaian aksi vandalisme terhadap mereka. Namun Israel menyangkal adanya aksi diskriminasi yang disokong pemerintahannya.

“Sejak didirikan, Israel telah berkomitmen untuk kebebasan beragama dan beribadah untuk semua agama, serta memastikan akses ke tempat-tempat suci,” kata Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Israel dalam sebuah pernyataan pada 22 Desember lalu.

"Pernyataan para pemimpin Gereja di Yerusalem sangat membuat marah karena sikap diam mereka atas penderitaan banyak komunitas Kristen di Timur Tengah yang menderita karena diskriminasi dan penganiayaan," kata Kemenlu Israel menambahkan.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement