Senin 10 Jan 2022 08:24 WIB

Krisis Keuangan Memburuk, Sri Lanka Minta Restrukturisasi Pembayaran Utang ke China

Sri Lanka mendapatkan miliaran dolar utang lunak dari China

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa
Foto: AP/Andy Buchanan/AFP Pool
Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO --  Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa meminta China merestrukturisasi pembayaran utang sebagai bagian dari upaya membantu negara Asia Selatan itu mengatasi krisis keuangan yang memburuk, Ahad (9/1/2022). Dia mengajukan permintaan tersebut dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi di Kolombo. 

"Presiden menyatakan akan sangat melegakan negara jika perhatian dapat diberikan pada restrukturisasi pembayaran utang sebagai solusi atas krisis ekonomi yang muncul dalam menghadapi pandemi Covid-19," kata pernyataan kantor kepresidenan.

Baca Juga

Sri Lanka telah diuntungkan dari miliaran dolar pinjaman lunak dari China tetapi negara kepulauan itu saat ini berada di tengah krisis valuta asing yang menempatkannya di ambang kegagalan. Beijing pub adalah pemberi pinjaman terbesar keempat Kolombo, di belakang pasar keuangan internasional, Asian Development Bank (ADB), dan Jepang.

Selama dekade terakhir, China telah meminjamkan Sri Lanka lebih dari 5 miliar dolar AS untuk jalan raya, pelabuhan, bandara, dan pembangkit listrik tenaga batu bara. Namun para kritikus menuduh dana itu digunakan untuk proyek gajah putih dengan pengembalian rendah, yang dibantah China.

Rajapaksa juga meminta China untuk memberikan persyaratan konsesi untuk ekspornya ke Sri Lanka berjumlah sekitar 3,5 miliar dolar AS pada 2020. Dia mengusulkan untuk mengizinkan turis Beijing kembali Kolombo asalkan dapat mematuhi pembatasan ketat Covid-19, termasuk hanya menginap di hotel yang telah disetujui sebelumnya dan hanya mengunjungi tempat wisata tertentu.

Sebelum pandemi, China adalah sumber utama turis Sri Lanka. Pulau itu pun mengimpor lebih banyak barang dari China daripada dari negara lain mana pun.

Sri Lanka adalah bagian penting dari Belt and Road Initiative (BRI), sebuah rencana jangka panjang untuk mendanai dan membangun infrastruktur yang menghubungkan China ke seluruh dunia. 

Selain itu, negara ini harus membayar utang sekitar 4,5 miliar dolar AS tahun ini yang dimulai dengan International Sovereign Bond (ISB) senilai 500 juta dolar AS yang jatuh tempo pada 18 Januari dengan. Sebesar 1,5 miliar dari China membantu pulau itu meningkatkan cadangannya menjadi  3,1 miliar dolar AS pada akhir Desember.

Baca: Bayang-Bayang Kuasa Mantan Presiden di Balik Kekacauan Kazakhstan

Pembayaran utang ke China pada  2022 kemungkinan akan lebih kecil dari komitmen ISB sebesar 1,54 miliar dolar AS, sekitar 400 juta-500 juta dolar AS. Bank sentral Sri Lanka telah berulang kali meyakinkan semua pembayaran utang akan dipenuhi dan mengatakan dana untuk ISB Januari telah dialokasikan. 

Baca: 19 Orang Tewas, Termasuk Anak-Anak Saat Api Melalap Apartemen di New York

164 Orang Tewas Imbas Kerusuhan Terburuk di Kazakhstan

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement