Ahad 09 Jan 2022 13:05 WIB

Rusia Balas Komentar Pedas Menlu AS tentang Pasukan di Kazakhstan

Rusia minta Washington memikirkan soal kebiasaan campur tangan militernya.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Indira Rezkisari
Rusia menuduh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken tidak paham sejarah setelah berkomentar terkait penempatan pasukan di Kazakhstan.
Foto: AP/Olivier Douliery/Pool AFP
Rusia menuduh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken tidak paham sejarah setelah berkomentar terkait penempatan pasukan di Kazakhstan.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia menanggapi dengan marah atas komentar Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken bahwa Kazakhstan mungkin mengalami kesulitan menyingkirkan pasukan Rusia. Moskow membalas komentar itu dengan mengatakan bahwa Washington seharusnya merenungkan campur tangan militer di seluruh dunia.

Kementerian Luar Negeri Rusia menyebut pernyataan Blinken biasanya ofensif dan menuduhnya bercanda tentang peristiwa tragis di Kazakhstan. Dikatakan AS harus menganalisis rekam jejak intervensinya sendiri di negara-negara seperti Vietnam dan Irak.

Baca Juga

"Jika Antony Blinken sangat menyukai pelajaran sejarah, maka dia harus mempertimbangkan hal-hal berikut: ketika orang Amerika berada di rumah Anda, akan sulit untuk tetap hidup dan tidak dirampok atau diperkosa," kata Kementerian Luar Negeri Rusia itu di saluran media sosial Telegram. "Kami diajari ini tidak hanya oleh masa lalu baru-baru ini tetapi oleh semua 300 tahun kenegaraan Amerika," ujarnya.

Sehari sebelumnya, Blinken menantang pembenaran Rusia untuk mengirim pasukan ke Kazakhstan setelah berhari-hari kerusuhan kekerasan di negara Asia Tengah. "Satu pelajaran dari sejarah baru-baru ini adalah bahwa begitu orang Rusia berada di rumah Anda, terkadang sangat sulit untuk membuat mereka pergi," katanya.

Tapi, menurut Kementerian Luar Negeri Rusia, penempatan di Kazakhstan adalah tanggapan yang sah atas permintaan negara itu sendiri. Permintaan ini berdasarkan dukungan dari Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif atau aliansi negara-negara bekas Soviet yang mencakup Rusia.

Intervensi datang pada saat ketegangan tinggi dalam hubungan Moskow dengan Washington. Kedua negara bersiap untuk pembicaraan mengenai krisis Ukraina mulai Senin (10/1/2022), dikutip dari Reuters.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement