Ahad 09 Jan 2022 01:45 WIB

Agama Kebutuhan Jiwa yang tidak Bisa Tergantikan

Agama adalah kebutuhan jiwa yang tak bisa digantikan dengan uang dan kemewahan

Rep: Fuji E. Permana/ Red: Christiyaningsih
Ilustrasi mengaji bersama. Agama adalah kebutuhan jiwa yang tak bisa digantikan dengan uang dan kemewahan.
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Ilustrasi mengaji bersama. Agama adalah kebutuhan jiwa yang tak bisa digantikan dengan uang dan kemewahan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa waktu belakangan, kesadaran beragama dan minat mengikuti kajian keagamaan di kalangan publik figur, selebritas, dan generasi milenial meningkat. Sekretaris Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Sesditjen Bimas) Islam Kementerian Agama (Kemenag) Muhammad Fuad Nasar melihat fenomena tersebut sebagai gerakan positif dan menggembirakan.

Menurutnya, agama adalah kebutuhan jiwa yang tak bisa digantikan dengan uang dan kemewahan. Hidup beragama mengisi rohani yang kosong, menyadarkan manusia akan tujuan hidup yang hakiki, dan memberi energi kehidupan di saat suka maupun duka.

Baca Juga

"Karena itu, seseorang yang jauh dari agama walaupun telah mapan secara materi dan finansial pasti merasa ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya yakni pemenuhan kebutuhan spiritual, hidup beragama itu fitrah kemanusiaan," kata Fuad melalui pesan tertulis kepada Republika, Sabtu (8/1).

Fuad menjelaskan, dalam perspektif Islam tujuan beragama bukan hanya sekedar membersihkan diri dan mensucikan jiwa. Namun untuk mencapai hidup yang baik, hasanah, bahagia, di dunia dan akhirat.

"Akhirat adalah kelanjutan hidup di dunia. Bagi umat Islam, kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat merupakan cita-cita tertinggi, sebagaimana doa yang selalu diucapkan, rabbanaa aatina fid dunyaa hasanah wa fil aakhirati hasanah waqina azaabannaar," ujarnya.

Menurut Fuad di sinilah peran dai, guru agama, dan juru dakwah yaitu memberikan bimbingan keagamaan kepada masyarakat agar meraih kehidupan yang baik di dunia dan akhirat. Dakwah atau pengajian agama bukan sekadar menyampaikan pengetahuan agama atau memaparkan agama sebagai ilmu.

"Kita beribadah dan beramal sholeh memang harus dengan panduan ilmu. Akan tetapi penting diperhatikan bagaimana mengajarkan agama sebagai pedoman hidup dan inspirasi kehidupan," jelasnya.

Ia mengingatkan para dai dalam menyampaikan materi dakwah memerlukan metode pendekatan yang tepat dan cara berkomunikasi yang sesuai dengan jamaah. Bukan menghakimi yang membuat orang menjauh.

"Penyampaian dakwah yang dilakukan dengan kebijaksanaan, nasihat yang baik, dan argumentasi yang rasional akan membentuk sikap beragama yang positif dan terhindar dari eksklusivisme beragama yang tidak perlu," kata Fuad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement