Kamis 06 Jan 2022 15:17 WIB

Tanpa Ekonomi Hijau, Bappenas: Indonesia Sulit Jadi Negara Maju

Indonesia diminta lebih ambisius mengejar pertumbuhan ekonomi 6 persen per tahun.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Suasana gedung bertingkat di Jakarta, Selasa (12/10/2021).
Foto: ANTARA/Reno Esnir
Suasana gedung bertingkat di Jakarta, Selasa (12/10/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, Medrilzam menegaskan, jika Indonesia tidak menerapkan ekonomi hijau maka target Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadikan Indonesia sebagai negara maju pada 2045, sulit tercapai. Pasalnya, ekonomi hijau sebagai model pembangunan mampu mencegah perubahan iklim lebih lanjut yang dapat merusak lingkungan dan merugikan Indonesia.

"Kalau kita masih melakukan business as usual (tidak melakukan perubahan) ini akan meningkatkan emisi kita, walaupun intensitas emisi gas rumah kaca kita menurun, tapi kelihatannya proyeksi emisi kita akan banyak didominasi oleh sektor energi dan ini perlu disikapi dengan baik," kata Medrizal dalam webinar 'Transisi Ekonomi Hijau' di Jakarta, Kamis (6/1).

Baca Juga

Jika tidak menerapkan ekonomi hijau, sambung dia, pendapatan per kapita Indonesia tidak akan mencapai target yang diinginkan yakni 12 ribu atau 13 ribu dolar AS. Angka itu dapat melepaskan Indonesia dari perangkap negara berpendapatan menengah (middle income trap).

Menurut Medrizal, untuk keluar dari middle income trap, pola usaha seperti biasa dengan pertumbuhan ekonomi 5 persen per tahun tidak dapat mendorong pendapatan per kapita Indonesia. "Kita harus lebih ambisius lagi untuk mengejar laju pertumbuhan ekonomi rata-rata 6 persen per tahun salah satunya melalui ekonomi hijau dan rendah karbon. Kita harus bisa sebaik-baiknya mendesain proses ekonomi hijau dan rendah karbon ini agar bisa kita laksanakan," ujar Medrilzam.

 

Menurut Medrilzam, ekonomi hijau ini dapat mendorong penciptaan lapangan kerja dan investasi hijau baru. Ekonomi hijau juga harus diterapkan dengan sinergi berbagai pihak untuk memobilisasi investasi baik itu dengan dunia usaha maupun pemerintah daerah.

"Saya ingin sampaikan, isu perubahan iklim ini jangan hanya dianggap sebagai isu lingkungan saja. Saya ingin mengajak semua pihak bahwa ini isu pembangunan karena ini sangat terkait dengan bagaimana kita melakukan pembangunan dan juga investasi," ujarnya.

Apalagi belakangan di tingkat global, penerapan ekonomi hijau juga didorong oleh banyak negara. Medrilzam berharap, saat membahas ekonomi hijau pemerintah di Indonesia tidak hanya sekadar membahas investasi, lingkungan, atau juga keuangan saja, tapi melakukan pembahasan ekosistemnya secara utuh.

Dia menyebut, dengan ekonomi hijau, semua progres transformasi ekonomi yang sudah didesain oleh pemerintah  dapat tercapai, terutama untuk mengejar target terlepas dari middle income trap sebelum 2045.

"Dengan ekonomi hijau, selain dapat mencapai target ekonomi, lingkungan juga bisa lebih baik lagi sehingga anak cucu kita bisa menikmati bumi yang lebih nyaman, asri dan dalam status sebuah negara yang selevel dengan negara maju lainnya," kata Medrilzam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement