Kamis 06 Jan 2022 01:19 WIB

 Dokter Tirta: Kebanyakan Informasi Covid-19 Bikin Masyarakat Jadi Bingung

Infodemik adalah kondisi di mana terlalu banyak informasi yang beredar di masyarakat.

Virus corona (ilustrasi). Terlalu banyak informasi beredar menyebabkan masyarakat bingung dalam menanggapi kondisi pandemi COVID-19.
Foto: Pixabay
Virus corona (ilustrasi). Terlalu banyak informasi beredar menyebabkan masyarakat bingung dalam menanggapi kondisi pandemi COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Dr. Tirta Mandira Hudhi mengatakan adanya infodemik menyebabkan masyarakat bingung dalam menanggapi kondisi pandemi COVID-19. Infodemik adalah kondisi di mana terlalu banyak informasi yang beredar di masyarakat.

"Jika masing-masing orang memberikan pernyataan mengenai COVID-19, yang terjadi adalah adanya infodemik atau banyaknya informasi yang beredar. Sehingga masyarakat menjadi bingung," kata Tirta dalam webinar Hasil Survei Nasional 2022 bertajuk "Anak Muda dan COVID-19: Berbhineka Kita Teguh, Ber-Hoax Kita Runtuh" yang diikuti di Jakarta, Rabu (3/1/2022).

Baca Juga

Relawan dan penggiat media sosial yang fokus dalam penyebaran COVID-19 ini mengatakan masyarakat dihebohkan dengan adanya Florona yang dianggap sebagai varian baru dari COVID-19. Tirta menjelaskan hal tersebut merupakan dampak dari banyaknya informasi dari media yang tidak sinkron dalam memberitakan suatu isu.

Pada Florona, banyak pihak menyiarkan varian itu merupakan gabungan dari COVID-19 dengan influenza. Sama seperti Delmicron yang sebelumnya dikatakan merupakan varian yang berasal dari gabungan Delta dan Omicron. Padahal, nama varian itu hanya berasal dari segelintir orang yang mengunggahnya ke media sosial.

Sama halnya dengan kebijakan karantina yang terus mendebatkan penetapan jumlah hari pada pelaku perjalanan. Meskipun kebijakan yang dibuat berdasarkan pada kondisi terkini, namun informasi yang berubah-ubah justru membingungkan.

Menurut Tirta, terlalu banyak pihak yang memberikan pernyataan akan COVID-19 justru membuat masyarakat bingung dalam menyaring mana berita yang akurat atau hoaks. Akibatnya, masyarakat lebih memilih untuk mempercayai informasi yang beredar pada grup Whatsapp maupun Instagram.

Dalam hal ini, tidak hanya pengguna media sosial tetapi juga kementerian terkait seperti Kementerian Kesehatan, Kementerian Komunikasi dan Informatika maupun Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi. Dia menyarankan pada pemerintah untuk memutuskan kembali siapa pihak yang berkompeten dalam bidangnya dan sesuai lembaga yang menaunginya untuk mengumumkan situasi terkini dari COVID-19.

Selain itu untuk juru bicara, diharapkan pemerintah dapat meminta bantuan dari para ahli yang berkompeten pada bidangnya serta dapat berkomunikasi dengan baik supaya edukasi pada masyarakat dapat tersampaikan lebih baik lagi."Penyampaian edukasi covid itu oleh orang-orang yang kompeten dan dalam satu organisasi atau kementerian saja. Jika masing-masing orang memberikan pernyataan, yang terjadi adalah adanya infodemik atau banyaknya informasi yang beredar, sehingga masyarakat bingung," tegas dia.

 

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement