Rabu 05 Jan 2022 18:30 WIB

Rasulullah Senang Berlama-lama di Gua Hira, Ini yang Dilakukan Beliau

Sebagian besar hidup Nabi SAW dilakukan untuk berpikir dan merenung.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti / Red: Ani Nursalikah
Rasulullah Senang Berlama-lama di Gua Hira, Ini yang Dilakukan Beliau. Peziarah bermunajat di Gua Hira, Jabal Nur (Bukit Cahaya), Makkah Al Mukarramah, Arab Saudi, Sabtu (4/5/2019) dini hari.
Foto: Antara/Aji Styawan
Rasulullah Senang Berlama-lama di Gua Hira, Ini yang Dilakukan Beliau. Peziarah bermunajat di Gua Hira, Jabal Nur (Bukit Cahaya), Makkah Al Mukarramah, Arab Saudi, Sabtu (4/5/2019) dini hari.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai orang yang reflektif dan saleh sepanjang hidupnya. Melansir laman About Islam, sebagian besar hidup Nabi SAW dilakukan untuk berpikir dan merenungkan Kebesaran Tuhan.

Dia berusaha melarikan diri dari penyakit sosial yang mendominasi masyarakat Mekah saat itu, termasuk pelecehan dan pengabaian wanita, penyembahan berhala, keseimbangan kekayaan yang tidak adil, dan penyalahgunaan mereka, dan hidup dalam kemiskinan. Pada saat itulah Allah mengirimkan wahyu kepada Muhammad, menjadikannya seorang Nabi. Dalam kitab Ar-Rahiiq Al-Makhtum tulisan Saifur Rahman Al-Mubarakpuri,

Baca Juga

Ketika Nabi Muhammad berusia hampir 40 tahun, dia diketahui menghabiskan waktu berjam-jam dengan bermeditasi dan berspekulasi tentang semua aspek ciptaan di sekitarnya. Temperamen meditatif ini membantu memperlebar jurang mental antara dia dan rekan-rekannya.

Dia biasa menyediakan bubur gandum dan air untuk dirinya sendiri dan kemudian langsung menuju bukit dan jurang di sekitar Makkah. Salah satunya adalah tempat favoritnya, sebuah gua bernama Hira di Gunung An-Nur. 

 

Jaraknya hanya dua mil dari Makkah, sebuah gua kecil dengan panjang empat meter dan lebar 1,75 meter. Dia akan selalu pergi ke sana dan mengundang para musafir untuk berbagi rezekinya yang sederhana. 

Dia biasa mencurahkan sebagian besar waktunya, saat Ramadhan khususnya, untuk beribadah dan meditasi pada alam semesta di sekitarnya. Hatinya gelisah tentang kejahatan moral dan penyembahan berhala yang merajalela di antara bangsanya. Dia belum berdaya karena tidak ada jalan yang pasti, atau pendekatan khusus yang tersedia baginya untuk mengikuti dan memperbaiki praktik buruk di sekitarnya.

Kesendirian sembari berkontemplasi ini harus dipahami dalam perspektif Ilahinya. Itu adalah tahap awal dari periode tanggung jawab besar yang harus dia pikul segera.

Kerahasiaan dan keterpisahan dari ketidakmurnian kehidupan adalah dua prasyarat yang sangat diperlukan bagi jiwa Nabi untuk berhubungan erat dengan Kekuatan Gaib yang ada di balik semua aspek keberadaan di alam semesta yang tak terbatas ini. Itu adalah periode privasi yang kaya yang berlangsung selama tiga tahun dan mengantarkan era baru, kontak tak terpisahkan dengan kekuatan itu, Allah SWT.

photo
Lima sikap mulia Rasulullah SAW (ilustrasi) - (republika)

https://aboutislam.net/counseling/ask-about-islam/muhammad-often-visit-cave-hira/

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement