Rabu 05 Jan 2022 17:32 WIB

Perjalanan Digitalisasi PermataBank Syariah

Pada 2019 PermataMobile X jadi aplikasi mobile banking syariah pertama di Indonesia

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Gita Amanda
PermataMobile X menjadi aplikasi mobile banking canggih dan terdepan.
Foto: Permaya Syariah
PermataMobile X menjadi aplikasi mobile banking canggih dan terdepan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perjalanan digitalisasi PermataBank Syariah telah dimulai sejak sekitar 3-4 tahun lalu. Pada 2019 PermataMobile X, yang menjadi Super Apps Syariah pertama di dunia, resmi diluncurkan.

Direktur Unit Usaha Syariah PermataBank, Herwin Bustaman menyampaikan saat itu PermataMobile X menjadi aplikasi mobile banking canggih dan terdepan. Teknologi yang digunakan memungkinkannya jadi pioner pembukaan rekening dari aplikasi tanpa perlu datang ke cabang. "Seiring waktu kita terus menyempurnakannya, meski sejak pertama diluncurkan ia sudah dilengkapi fitur-fitur paling lengkap," katanya saat berbincang dengan Republika.

Baca Juga

PermataBank Syariah juga mengembangkan ekosistem open banking yang diawali dengan menggaet rekanan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Hingga saat ini, ada sekitar 20 BPR/BPRS yang tergabung dalam ekosistem API PermataBank Syariah.

Upaya pengembangan ekosistem open banking ini cukup terkendala karena pandemi Covid-19 di tahun 2020. Namun Herwin menyampaikan perkembangan dari kerja sama yang telah berlangsung sudah sangat baik.

"Kita lihat perkembangannya bagus, dan pipelinenya juga masih banyak yang insya Allah akan terhubung melalui API kami di tahun 2022 ini." katanya.

photo
Perjalanan digitalisasi PermataBank Syariah telah dimulai sejak sekitar 3-4 tahun lalu. - (Permaya Syariah)

Kerja sama open banking dengan BPRS ini memungkinkan PermataBank Syariah menyediakan layanan transaksi transfer ke dan dari bank lain secara realtime bagi BPRS & BPR. Investasi teknologi yang mahal membuat sinergi tersebut menjadi solusi efisiensi.

Selain itu, PermataBank Syariah juga sudah mengimplementasikan BI-FAST yang membuat anggota ekosistem API-nya dapat menikmati layanan tersebut: bukan hanya biaya transfer yang lebih murah namun juga transfer bisa dilakukan online sepanjang waktu (7x24jam). Herwin mengatakan, efisiensi adalah kunci bisnis di masa-masa yang sangat menantang ini.

Keberadaan fintech membuat industri perbankan konvensional harus bergegas melakukan digitalisasi agar tidak ditinggalkan nasabah. Kolaborasi juga jadi opsi yang dipilih PermataBank Syariah dengan platform-platform digital.

"Sudah ada yang bekerja sama dengan kami, karena fitur API PermataBank Syariah juga ada Virtual Account, bisa juga digital account opening, jadi kami terus membuka kesempatan bekerja sama," katanya.

Ke depan, PermataBank Syariah ingin memperkuat ekosistem API dengan menggandeng kerja sama lebih banyak pihak. Selain dengan BPRS & BPR, upaya sinergi terus dilakukan dengan lembaga pendidikan, lembaga komunitas Islam, lembaga keuangan syariah lain, hingga ekosistem industri syariah lainnya seperti haji umrah, dan industri halal.

Melihat perkembangan perbankan di luar negeri, bank dapat berperan sebagai penyedia layanan perbankan bagi institusi lain. Sebuah institusi bisa menggunakan fitur-fitur tertentu yang disediakan dan melabelinya dengan logo institusi tersebut. "Hal itu sudah lazim di Eropa, jadi mereka gunakan platformnya saja, tinggal ganti logonya milik mereka, jadi bank as a service," katanya.

Hal tersebut menjadi lebih efisien tanpa mengeluarkan investasi besar untuk membuat konsumen dapat menggunakan layanan atau fitur teknologi. Di Indonesia, ketentuan seperti ini baru bisa dilakukan oleh Bank Umum Konvensional terhadap Bank Usaha Syariahnya.

Menurut Herwin, pengembangan open API dengan model bank as a service tersebut perlu diatur secara terukur oleh regulator untuk memastikan resiko yang mungkin timbul dibuatkan mitigasinya dan tugas & tanggung jawab antara penyedia platform dan penggunaannya jelas sehingga tingkat layanan dan perlindungan bagi nasabah bisa terjaga.

Herwin mengatakan, sejauh ini PermataBank Syariah terus meningkatkan model sistem keamanan dari cyber crime. PermataBank Syariah sudah menerapkan otentifikasi berlapis, tidak hanya biometrik seperti face recognition, tapi juga password dan OTP. "Aplikasi kami sudah memiliki security system yang mumpuni untuk  melindungi keamanan para nasabah," katanya.

Herwin menyampaikan, pengembangan digitalisasi kedepannya akan terus diperkuat. Salah satu yang sedang digarap adalah pendaftaran haji langsung dari aplikasi. Sejauh ini, pembukaan rekening haji sudah bisa dilakukan daring, namun tidak otomatis untuk pendaftaran.

Maka dari itu, PermataBank Syariah terus mendorong upaya tersebut dengan integrasi sistem di Kementerian Agama. Ini juga menjadi salah satu program bersama dari Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) yang ingin mempermudah pendaftaran haji.

Portofolio keuangan

PermataBank Syariah menargetkan pertumbuhan dua digit pada tahun ini dan 2022. Herwin menyampaikan PermataBank Syariah menyasar sektor energi, kesehatan dan retail seperti KPR di tahun 2022.

"Porsinya untuk korporasi akan sekitar 30 persen, komersial 10 persen, SME sekitar 10 persen, dan sisanya retail seperti KPR, KTA, dan joint financing," katanya.

PermataBank Syariah juga akan meningkatkan porsi UMKM dengan channelling melalui Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Untuk pendanaan, PermataBank Syariah juga menargetkan masih bisa tumbuh dua digital untuk tahun ini 2022.

Sementara target dana murah atau CASA menjadi sekitar 65 persen dari saat ini sudah berada di level 62 persen. Untuk laba, Herwin mengatakan pertumbuhan bisa lebih rendah menjadi single digit karena prioritas meningkatkan pencadangan serta investasi pada teknologi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement