Rabu 05 Jan 2022 08:19 WIB

BPBD DIY Pastikan Alat Peringatan Dini Bencana Berfungsi

EWS difungsikan sebagai peringatan dini jika terjadi banjir termasuk, banjir lahar.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Bilal Ramadhan
Tanda peringatan terpasang pada pintu masuk Embung Imogiri, Bantul, Yogyakarta, Selasa (24/11). Embung baru yang dibuat dengan anggaran APBN ini berada di Utara makam raja-raja Imogiri. Pembangunan embung ini untuk mengantisipasi banjir tahunan yang terjadi di Bantul.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Tanda peringatan terpasang pada pintu masuk Embung Imogiri, Bantul, Yogyakarta, Selasa (24/11). Embung baru yang dibuat dengan anggaran APBN ini berada di Utara makam raja-raja Imogiri. Pembangunan embung ini untuk mengantisipasi banjir tahunan yang terjadi di Bantul.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY sudah melakukan berbagai kesiapan maupun mitigasi bencana dalam menghadapi puncak musim hujan yang diperkirakan terjadi pada akhir Januari dan Februari 2022. Salah satunya dengan memastikan alat peringatan dini atau early warning system (EWS) yang dipasang berfungsi dengan baik.

Kabid Penanganan Darurat BPBD DIY, Lilik Andi Aryanto mengatakan, EWS ini sudah dipasang terutama di kawasan sekitar sungai. EWS ini difungsikan sebagai peringatan dini jika terjadi banjir termasuk jika terjadi banjir lahar dingin Merapi.

Baca Juga

"Angka pastinya berapa EWS yang sudah dipasang saya lupa berapa," kata Lilik.

EWS untuk deteksi banjir tersebut sebagian besar dipasang di wilayah yang ada di sekitar sungai yang ada di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta. Sungai di Sleman dan Kota Yogyakarta juga sebagian besarnya berhulu di Merapi.

Sementara itu, juga dipasang EWS untuk mendeteksi tanah longsor. Lilik menyebut, sebagian besar EWS untuk deteksi tanah longsor ini dipasang di Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Bantul.

"Deteksi longsor ini sebenarnya ada di semua kabupaten/kota, tapi kebanyakan di Gunungkidul, Bantul dan Kulon Progo," ujar Lilik.

Selain itu, mitigasi bencana yang juga sudah dilakukan yakni dengan pembentukan desa tangguh bencana. Saat ini, kata Lilik, sudah ada 268 desa yang dijadikan sebagai desa tangguh bencana. Sedangkan, total desa yang rawan bencana di DIY sendiri mencapai 301 desa.

"Ini mitigasi jangka panjang, tiap tahun kita selenggarakan untuk membentuk desa tangguh bencana ini sebanyak 25 desa (per tahun)," jelas Lilik.

Pihaknya juga membentuk mitigasi bencana melalui santuan pendidikan. Melalui pembentukan desa tangguh bencana maupun sekolah ini, akan mampu membuat masyarakat mengenali potensi bencana di daerahnya masing-masing dan dapat melakukan upaya pengurangan risiko bencana maupun penanganan bencana secara mandiri.

"Kemudian, kalau tidak ada bencana maka ada upaya-upaya mitigasi baik sekolah maupun desa yang juga berpartisipasi melakukan edukasi dan sosialisasi ke masyarakat yang lainnya," tambah Lilik.

Mengingat saat ini masih musim hujan dan akan masuk pada puncak musim hujan, Lilik pun meminta masyarakat untuk tetap waspada. Ia menegaskan agar masyarakat mengenali potensi bencana di wilayahnya masing-masing, terutama wilayah yang rawan banjir dan longsor.

"Apabila terjadi hujan terus-menerus, ini perlu diwaspadai. Kalau ada patroli atau ada hal-hal yang mengancam, supaya dilaporkan ke petugas. Kalau memang ada kejadian yang bisa ditangani dan sebaiknya juga dilaporkan cepat ke petugas, sehingga tindak lanjutnya dapat dilakukan dengan baik dan cepat," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement