Senin 03 Jan 2022 17:58 WIB

Zakat Kuatkan Ketahanan Pangan Indonesia

Zakat adalah dari ibadah yang memiliki dimensi luas, keimanan, ekonomi, dan sosial.

Ilustrasi Zakat. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi Zakat. Republika/Thoudy Badai

Oleh : Supendi, Direktur Utama BMH

REPUBLIKA.CO.ID, Zakat sebagai bagian dari ibadah yang memiliki dimensi luas, mulai dari keimanan sampai pada aspek ekonomi dan sosial benar-benar memberikan peran signifikan terhadap penguatan ketahanan pangan di Indonesia. Karena itu relevan apa yang disampaikan Direktur Utama Baznas, Muhammad Arifin Purwakananta dalam outlook Zakat Indonesia 2021 bahwa zakat sejatinya mampu menjadi pendorong terbangunnya tatanan ekonomi baru untuk mencapai kebahagiaan, kesimbangan kehidupan, dan kemuliaan hakiki manusia.

Termasuk kala pandemi melanda dan menggerus kekuatan ekonomi masyarakat yang terkena wajib zakat, pada kenyataannya semangat masyarakat menunaikan zakat dan berbagi tidak mengalami kemunduran, justru semakin meningkat. Laznas BMH sendiri mengalami peningkatan perolehan dana zakat dan kedermawanan masyarakat dalam bentuk infaq dan sedekah yang meningkat sebesar 13,5 persen dari tahun 2020, ketika pandemi pertama kali memukul negeri ini.

Pencapaian itu, bukanlah hal biasa, mengingat pandemi menjadikan metode pengumpulan zakat secara konservatif dengan membuka gerai-gerai di pusat keramaian dan perbelanjaan harus ditutup dan mengarah pada ranah baru, yakni digital. Namun demikianlah faktanya, di balik musibah selalu ada berkah. Perolehan zakat justru meningkat, sehingga banyak LAZ yang di tengah pandemi justru mampu melakukan pendistribusian dana zakat, infaq, dan sedekah secara lebih luas.

Banyak yang Tertolong

Ketika pandemi terjadi, semua berubah dan sebagian masyarakat semakin hidup susah. Data Maret 2021 menyebutkan 27,54 juta pekerja terdampak pandemi Covid-19 harus rela di PHK hingga dirumahkan.

Kisah pilu tentang kekurangan makan pun terjadi di mana-mana, beruntung mereka yang setelah di PHK langsung dapat bekerja sehingga masih bisa bertahan hidup karena bisa mendapatkan makanan. Tetapi, yang kondisinya semakin buruk, jelas ini kian menambah angka kemiskinan dan pengangguran di Indonesia.

Jika ditinjau dalam kelompok penerima manfaat zakat, jumlah fakir meningkat drastis. Kita ketahui fakir adalah mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidupnya.

Demikian pula dengan jumlah orang miskin, yakni mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar kehidupan. Dalam catatan BPS jumlah mereka sampai Maret 2021 sejumlah 27,54 juta orang.

Namun, beruntung ada syariat zakat di Tanah Air ini, sehingga sekalipun belum semua tercover, tetapi sebagian menjadi sangat tertolong dalam hal ketahanan pangan. BMH sendiri pada 2021 ini telah memberikan bantuan ketahanan pangan kepada 1.013.767 jiwa.

Dalam kata yang lain, dana zakat melalui BMH berkontribusi mengatasi masalah ketahanan pangan dari jumlah fakir dan miskin di atas sebesar 3,68 persen. Bisa dibayangkan jika ada 10 Laznas, tentu angka ini bisa mencapai 30 persen lebih. Jadi, peran zakat benar-benar sangat signifikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement