Ahad 02 Jan 2022 10:17 WIB

'Indonesia Punya Potensi Besar Pengobatan Herbal'

Jumlah pelayanan kesehatan yang melayani pengobatan herbal di Indonesia meningkat.

Pengobatan herbal/ilustrasi
Pengobatan herbal/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Indonesia diyakini memiliki potensi besar dalam bidang pengobatan herbal. Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencatat Indonesia sebagai negara megabiodiversity kedua dunia setelah Brasil.

Artinya, salah satu megabiodiversity Indonesia yaitu tanaman herbal dapat dijadikan potensi besar. Terlebih, saat ini ada inovasi nanoteknologi terkini yang juga memunculkan nama pakar nanoteknologi dari Indonesia Ronny Martien.

Pakar herbal dari Fakultas Farmasi UGM Djoko Santosa, mengatakan pada abad ke-21 ini, sebagian besar manusia dituntut serbainstan karena sibuk bekerja dan kurang waktu istirahat. Dampaknya, mereka memilih makanan yang juga serba instan.

"Hal ini bisa berimbas pada penyakit,” ujarnya dalam podcast bertajuk ‘Indonesian Herbs for Longevity, Panjang Umur Bisa Kok!’ melalui daring Zoom yang diadakan perusahaan startup berbasis herbal dan telemedicine Widya Herbal Indonesia dari Wisdom Park UGM, Kamis (30/12) lalu.

Dalam acara ini juga dipaparkan data prevalensi penyakit tertinggi dunia berdasarkan pendapatan tinggi (high income) oleh WHO 2019 yang dirilis pada 2020, meliputi, jantung koroner (penyebab kematian tertinggi nomor 1), alzheimer dan dimensia (pikun), strok, kanker batang tenggorokan bronkus dan paru-paru, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), infeksi saluran pernapasan bawah, kanker usur, gagal ginjal, jantung, dan diabetes mellitus.

Di sela-sela sesi pertama podcast, Djoko Santosa menyuguhkan tanaman herbal yang dibawa dari laboratorium tanaman Fakultas Farmasi, UGM yaitu tanaman sambiloto (Andrographis paniculata) dan tanaman pegagan (Cantella asiatica). Manfaat dua tanaman ini sudah teruji dan banyak digunakan pada produk herbal terkini hingga kosmetik.

Chief Operating Officer Widya Herbal Indonesia Ison menyebutkan peningkatan jumlah pelayanan kesehatan yang melayani pengobatan secara herbal di Indonesia juga meningkat. 

Berdasarkan data WHO, jumlah layanan kesehatan yang melayani pengobatan herbal pada 199 sebanyak 23, 2005 menjadi 40, 2021 bertambah menjadi 58, dan pada 2018 tumbuh menjadi 79 pelayanan kesehatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement