Ahad 02 Jan 2022 04:45 WIB

UMS Luncurkan Buku 70 Tahun Musa Asy'Arie Lurus Jalan Terus

Usia 70 tahun bukan sebuah akhir perjalanan hidup, tetapi awal perjalanan.

Rep: binti sholikah/ Red: Hiru Muhammad
Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) meluncurkan buku 70 tahun perjalanan Guru Besar Filsafat UMS Musa Asy
Foto: Republika/Binti Sholikah
Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) meluncurkan buku 70 tahun perjalanan Guru Besar Filsafat UMS Musa Asy

REPUBLIKA.CO.ID, SUKOHARJO - Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) meluncurkan buku 70 tahun perjalanan Guru Besar Filsafat UMS Musa Asy'Arie yang berjudul "Lurus Jalan Terus", di Gedung Induk Siti Walidah kantor pusat UMS, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Buku tersebut merupakan kumpulan tulisan para mahasiswa Program S3 Pendidikan Agama Islam (PAI) UMS sebagai kenang-kenangan di masa pensiun Musa sebagai Guru Besar per 31 Desember 2021.

Musa mengaku memiliki tekad hidup dimulai dari usia 70 tahun. Mantan Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tersebut menilai, usia 70 tahun bukan sebuah akhir perjalanan hidup, tetapi awal perjalanan.

Baca Juga

"Banyak hal yang belum saya lakukan. Di usia 70 tahun saya ingin mengajak apa yang bisa saya lakukan dengan kondisi jiwa lebih bebas dan spiritualis. Usia 70 tahun adalah awal dari kerja yang sebenarnya. Bukan lagi untuk kepentingan pangkat dan jabatan tapi semata-mata sebagai jalan untuk menghadap Ilahi," kata Musa di acara tersebut.

Musa mengatakan, buku Lurus Jalan Terus, Diskursus Pendidikan, Demokrasi dan Multikultural di Indonesia tersebut merupakan karya mahasiswa-mahasiswanya yang ditulis dari proses dinamika di kelas. "Kita belajar di kelas, kita mendiskusikan, karena Indonesia sampai ke depan problematikanya masih berpusat pada demokrasi dan pluralisme, sampai hari ini masih terasa problem itu," jelasnya kepada wartawan seusai acara.

Di sisi lain, Musa menyatakan, Muhammadiyah sudah memberikan perhatian besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui memperbesar jumlah orang intelektual dan memperbanyak peluang tenaga kerja lewat lembaga pendidikan dan rumah sakit. Menurutnya, hubungan yang dinamis dan kreatif tersebut harus tetap dijaga.

Kepala Prodi S3 Agama Islam UMS, Waston, menambahkan, Musa Asy'Arie telah berperan di UMS sejak 1995 ketika menjabat sebagai Ketua Program Magister Studi Islam. Kemudian menjadi Direktur Program Pascasarjana UMS pada 1998 dan Ketua Program Doktor Pendidikan Agama Islam UMS pada 2017-2021. "Dalam bidang akademik, Prof Musa sejak muda di sini bersama kawan-kawannya mengadakan diskusi-diskusi rutin informal kemudian diformalkan dijadikan diskusi antar disiplin yang ada di semua prodi di Pascasarjana. Pemikiran Prof Musa sangat berdampak pada sidang-sidang senat, sidang-sidang pimpinan universitas. Salah satunya tentang slogan Humanisasi, Liberasi, Transendensi. Itu sebuah slogan yang dirumuskan saat diskusi Prof Musa dan kawan-kawan. Peran beliau di sini cukup besar dalam bidang pengembangan akademik maupun kelembagaan,"  Guru Besar Bidang Ilmu Agama dan Filsafat UMS tersebut Kamis (30/1).

Dekan FAI UMS, Syamsul Hidayat, mengatakan, ada beberapa hal yang dirintis Musa di UMS kemudian menasional. Contohnya, Musa merintis Magister Studi Islam dan membuat konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam di Magister Studi Islam UMS. Konsentrasi tersebut kemudian dibuka di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sebelumnya masih berstatus IAIN dan universitas lainnya.

Kemudian, pengembangan mata kuliah Pendekatan Kajian Islam. "Tahun 2017 Program S3 ada gagasan baru Pendidikan Demokrasi dan Multikuktural, sehingga kita mempelopori itu dalam rangka supaya ada hubungan harmonis antara umat Islam dengan elemen-elemen bangsa yang lainnya," ucap Syamsul.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement