Sabtu 01 Jan 2022 10:20 WIB

Bank Neo Commerce Targetkan Dana Rp 5 Triliun Lewat Rights Issue

Bank Neo Commerce telah melakukan rights issue pada 2021 sebanyak 1,93 miliar lembar.

Bank Neo Commerce
Foto: Facebook Bank Neo Commerce
Bank Neo Commerce

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Neo Commerce Tbk berencana kembali menggelar penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau right issue melalui penawaran umum terbatas (PUT) VI yang menargetkan perolehan dana segar Rp 5 triliun pada 2022. "BNC akan HMETD lagi yang ke-VI yang rencananya dilakukan di kuartal pertama 2022. Kami sudah merencanakan kurang lebih double dari angka sebelumnya yaitu Rp 5 triliun yang mana penggunaannya 50 persen sampai 60 persen masih untuk investasi di teknologi," kata Direktur Utama Bank Neo Commerce Tjandra Gunawan dalam keterangan di Jakarta, kemarin.

Emiten berkode saham BBYB tersebut sebelumnya telah melakukan rights issue pada 2021 di mana jumlah saham yang ditawarkan dalam HMETD V sebanyak 1,93 miliar lembar saham dengan nilai pelaksanaan Rp 1.300 untuk setiap saham dengan jumlah dana yang diterima perseroan mencapai Rp 2,5 triliun. Rights issue saat itu mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) lebih dari 400 persen hingga 679 juta saham atau setara Rp 882,5 miliar.

Tjandra juga memberikan gambaran beberapa langkah strategis dan target pencapaian perusahaan pada tahun depan. Setelah berhasil menggaet 13 juta nasabah dalam waktu kurang dari 10 bulan, tahun depan perseroan menargetkan meraih 15 juta nasabah baru.

"Tahun depan akan semakin ramai bank digital dan kami ingin BNC tetap menjadi pilihan utama masyarakat. Kami fokus untuk mengembangkan ekosistem digital kami dan terus berinovasi memberikan layanan dan produk perbankan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Terdekat kami telah meluncurkan layanan digital lending di ekosistem kami dan akan tersedia di pertengahan Januari di aplikasi neobank," ujar Tjandra.

Dalam laporan keuangan kuartal III 2021, perseroan mencatatkan peningkatan 49,16 persen dari sisi aset per September 2021 (year to date/ytd), dan peningkatan 69,3 persen untuk perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK). Perseroan juga mencatat kerugian bersih Rp 264 miliar yang mana sebagian besar digunakan dan dialokasikan ke berbagai bentuk investasi, antara lain pada investasi teknologi dan keamanan digital, pengembangan sumber daya manusia, serta promosi dan edukasi berkelanjutan tentang bank digital.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement