Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Luthfi Fathurrahman

Tjokroaminoto dalam Bingkai Sejarah dan Cerita Guru Para Pemimpin Bangsa

Sejarah | Friday, 31 Dec 2021, 14:07 WIB
Sumber gambar: id.wikipedia.org

HOS Tjokroaminoto merupakan seorang pahlawan dan seorang pribumi berdarah Jawa yang lahir pada tanggal 16 Agustus 1882, di Desa Bakur Madiun, Jawa Timur. Meneladani kisah hidup Tjokroaminoto adalah suatu keharusan serta cara lain dalam melihat kembali sejarah bangsa Indonesia.

Tjokroaminoto dengan segelintir pemikirannya, mampu menghadirkan penggambaran negara yang Madani. Tokoh besar ini telah menjadi panutan bagi banyak orang. Di dalam dirinya memiliki jiwa ksatria yang tak mengenal janji dan pamrih. Meneladani Tjokroaminoto adalah meneladani sejarah Indonesia.

Rumah Tjokroaminoto di Gang Peneleh Surabaya menjadi saksi bisu beberapa pemuda yang sedang menuntut ilmu dari seorang pemimpin Sarekat Islam yang rendah hati. Banyak yang sekedar menyinggahi untuk berdialog namun ada juga yang tinggal bersamanya.

Beberapa pemuda yang kemudian indekos di rumah paneleh antara lain adalah soekarno, kartosuwiryo, alimin, dan Muso. Dalam perkembangannya, pemuda-pemuda inilah yang akan meneruskan perjuangan dalam membebaskan rakyat dari belenggu penjajahan dengan cara dan Ideologi yang berbeda-beda Soekarno dengan Nasionalis nya, Semaun dan Muso memilih komunis, serta kartosoewirjo menjadi pemimpin umum Pundamental Islam.

Sikap Tjokroaminoto yang memberikan keteladanan bagi murid-muridnya inilah yang banyak menjadi inspirasi bagi muridnya. Tjokroaminoto cenderung sering membawa serta salah satu murid kesayangannya yakni Soekarno, tengah berpidato di depan anggota Sarekat Islam yang sangat besar jumlahnya. Daras dalam Noto di Joyo 1985, menggambarkan bagaimana seorang Soekarno sering belajar berpidato di depan kaca di dalam kamar yang pengap dan gelap di salah satu kamar kos milik Tjokroaminoto tersebut Soekarno berpidato secara berapi-api.

Bagi orang yang pernah melihat gaya berpidato Tjokroaminoto selalu mengungkapkan bahwa gaya serta cara berpidato Soekarno mirip dengan Tjkroaminoto. Tinggi rendahnya suara, cara mengatur kalimat, dan menyusun kata, sangat menarik dan gampang dipahami oleh segenap pendengarnya. Tidak peduli Apakah itu orang awam, terpelajar, sarjana, tukang becak, ataupun pedagang dan lain sebagainya.

Selain itu beberapa murid Tjokroaminoto juga ternyata memiliki kemampuan yang luar biasa dalam berpidato yang mempengaruhi massanya seperti Semaun dan Muso. Seorang semaun yang baru berusia 18 tahun dapat mempengaruhi Serikat Pekerja untuk melakukan pemogokan melalui pidatonya. Muso juga dikenal sebagai pembicara Ulung walaupun tindak-tanduknya tidak formal.

Noto di Joyo, menyebutkan bahwa sikap rendah hati yang dimiliki oleh Soekarno diteladani dari Tjokro yang dikenal sebagai pemimpin umat yang tergabung dalam Serikat Islam, 3 mimbar, ahli pidato, orator ulung. Soekarno merupakan anak emas Tjokro di rumah Gang Peneleh. Hampir setiap malam usai makan, dia duduk bersimpuh di dekat kaki Tjokro dan mendengarkan semua kewajiban wejangan Sang Guru.

Kemudian hari, Tjokro memberikan banyak bukunya pada Soekarno. hal ini pula yang dilakukan oleh semaun walaupun akhirnya ia mengkritik tindakan sang mentor. Soekarno akhirnya memahami mengapa Cokro memilih mendirikan Sarekat Islam dan mengapa salah satu tamunya yakni alimin bersusah-payah menyatukan Kaum Buruh dan Tani dalam perkumpulan perkumpulan.

Tjokroaminoto dengan sabar dan tekun menerangkan pentingnya aktivitas politik dan mencurahkan seluruh pengetahuannya tentang berbagai macam ideologi titik mengikuti jejak Tjokroaminoto dengan banyak menulis dengan nama samaran di oetosan Hindia sehingga nantinya Soekarno berjuang melawan penjajah melalui Gagasan dan tindakan.

Tjokroaminoto mengajarkan bahwa setiap orang adalah guru bagi orang yang lainnya. dan setiap orang pun akan mampu menjadi murid bagi orang lainnya ilmu pengetahuan hanyalah tentang saling berbagai antara satu sama lain tanpa keraguan sedikitpun.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image