Kamis 30 Dec 2021 21:20 WIB

Jauhi Perbuatan Mubazir dalam Merayakan Tahun Baru

Tahun baru harus disikapi dengan optimistis.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
 Jauhi Perbuatan Mubazir dalam Merayakan Tahun Baru. Foto:   M. Fuad Nasar
Foto: dok pribadi
Jauhi Perbuatan Mubazir dalam Merayakan Tahun Baru. Foto: M. Fuad Nasar

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) melalui Sekretaris Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Sesditjen Bimas) Islam, Muhammad Fuad Nasar, memberikan imbauan menjelang pergantian tahun.

Fuad mengatakan, mengimbau umat meninggalkan tahun 2021 dengan mensyukuri segala nikmat Allah yang telah diterima selama ini. Mengimbau agar menyongsong tahun baru 2022 dengan sikap optimis dan pikiran positif.

Baca Juga

"Jauhi perbuatan yang mubazir dan kontraproduktif dalam merayakan tahun baru," kata Fuad kepada Republika, Kamis (30/12).

Ia mengatakan, berkenaan dengan bencana alam dan bencana non alam seperti pandemi Covid-19 sepanjang tahun 2020 dan 2021 yang telah menelan banyak korban, sebagai orang beriman yakinlah bahwa tidak ada yang lebih baik daripada apa yang telah terjadi. Tahun depan jangan lengah dan menganggap enteng bahaya mutasi varian-varian baru virus corona. Mari belajar dari pengalaman.

Fuad juga mengajak umat untuk bersama-sama terus meningkatkan kualitas iman, kualitas ilmu, kualitas ibadah, kualitas kerja serta meningkatkan manfaat yang diberikan kepada sesama di mana pun dan terhadap siapa pun. Setiap kelebihan yang dimiliki dan kedudukan yang lebih tinggi membawa tanggungjawab yang lebih besar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Disitulah keadilan Allah.

"Problem-problem keumatan dan kebangsaan agar disikapi dan diupayakan solusinya dengan jiwa besar, pikiran jernih dan tindakan nyata dalam bingkai semangat persaudaraan dan persatuan," ujarnya.

Fuad mengingatkan, kewajiban dan hak sebagai warga negara tidak boleh dipisahkan dari misi hidup beragama. Islam mengajarkan hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesama manusia yang seimbang, hablun minallah dan hablun minannaas.

Sebelumnya, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Pengembangan Seni Budaya dan Peradaban Islam, Ustaz Jeje Zaenudin, mengatakan, pergantian tahun bagi siapapun tentu memiliki makna yang penting. Sebagaimana makna penting dari waktu itu sendiri. Karena pergantian tahun hakikatnya adalah pergantian waktu kehidupan dalam rentang satu tahun yaitu siklus dua belas bulan.

"Bagi orang beriman bergantinya tahun berarti peringatan bahwa jatah umurnya di dunia telah berkurang satu tahun," kata Ustaz Jeje.

Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis) ini mengatakan, oleh sebab itu pergantian waktu seharusnya disikapi dengan muhasabah diri, mengevaluasi perjalanan hidup dalam setahun. Semua patut bersyukur jika dalam setahun yang dilalui dapat mengukir prestasi amal soleh lebih banyak dari kesalahan dan dosa.

Ia menambahkan, sebaliknya jika nihil prestasi amal soleh dalam satu tahun yang lalu, sepatutnya bersedih  dan menyesal telah menyia-nyiakan waktu yang sangat mahal itu. Di samping itu waktu yang telah digunakan itu harus dipertanggungjawabkan kepada  Zat pemilik waktu itu pada hari akhirat nanti.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement