Kamis 30 Dec 2021 15:13 WIB

Prevalensi Stunting di Kota Depok pada 2021 Turun Jadi 3,5 Persen

Setiap tahun, Dinkes Kota Depok mengeluarkan data prevalensi balita stunting.

Rep: Rusdy Nurdiansyah/ Red: Erik Purnama Putra
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok, Mary Liziawati.
Foto: Dok Pemkot Depok
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok, Mary Liziawati.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Angka prevalensi stunting (pertumbuhan kerdil) di Kota Depok pada 2021 mengalami penurunan. Hal itu terlihat dari angka prevalensi stunting pada Agustus 2021 sebesar 3,5 persen, yaitu sebanyak 3.675 dari 105.127 balita di Kota Depok.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok, Mary Liziawati mengatakan, data tersebut mengalami penurunan dari bulan Februari 2021 sebesar 4,7 persen sebanyak 4.923 dari total 102.815 balita Kota Depok. Pun dibandingkan pada Agustus 2020 sebesar 5,3 persen yaitu 5.718 dari 107.710 balita di Kota Depok, angkanya sudah menurun.

Baca Juga

"Alhamdulillah mengalami penurunan pada Agustus 2021 dibandingkan dengan data sebelumnya," ujar Mary saat memberikan pemaparan pada kegiatan 'Publikasi Data Stunting Tahun 2021' di Aula Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Depok, Jawa Barat, Rabu (29/12).

Menurut Mary, setiap tahun, Dinkes Kota Depok mengeluarkan data prevalensi balita stunting yang diperoleh dari hasil bulan penimbangan balita (BPB) yang dilaksanakan pada Agustus.  "BPB merupakan bagian dari pelaksanaan surveilans gizi berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) Nomor 14 Tahun 2019 tentang Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi. Dan PMK Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak," jelasnya.

Mary menuturkan, petugas akan terus melakukan berbagai upaya dalam menurunkan prevalensi stunting di Kota Depok. Tentunya dengan dukungan dan sinergisitas dari semua perangkat daerah, kader PKK, serta masyarakat. "Dalam percepatan penurunan dan pencegahan stunting butuh koordinasi, sinergisitas, dan sinkronisasi para pihak yang berkepentingan. Dengan begitu, dalam pelaksanaannya dapat lebih optimal," terangnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement