Rabu 29 Dec 2021 17:40 WIB

Gagal Panen Jadi Penyebab Tingginya Harga Cabai

Pemprov Jatim berupaya mengantisipasi naiknya harga cabai saat musim hujan.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Yusuf Assidiq
Pedagang memilah cabai rawit di lapaknya di Pasar Mojoagung, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Foto: ANTARA/Syaiful Arif
Pedagang memilah cabai rawit di lapaknya di Pasar Mojoagung, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Beberapa kebutuhan pokok di Jawa Timur mengalami kenaikan harga pada momen Natal dan Tahun Baru (Nataru). Komoditas yang mengalami kenaikan di antaranya adalah minyak goreng, telur ayam ras, dan cabai rawit.

Berdasarkan Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo) Jatim per Rabu (29/12), harga rata-rata cabai rawit Rp 80 ribu. Harga tertinggi mencapai Rp 95 ribu di Sumenep, dan terendah Rp 68.666 di Situbondo.

Kemudian untuk harga rata-rata telur ayam ras yakni Rp 29.038. Harga tertinggi Rp 32 ribu di Lamongan, dan harga terendah Rp 26 ribu di Bondowoso. Sedangkan harga rata-rata minyak goreng curah Rp 18.839. Harga tertinggi Rp 20.333 di Lumajang, dan harga terendah Rp 17 ribu di Magetan.

Wakil Gubernur Jatim, Emil Elestianto Dardak mengatakan, kenaikan harga cabai rawit disebabkan oleh musim hujan. Banyak tanaman cabai yang rusak dan gagal panen akibat curah hujan yang tinggi.

"Cabai itu punya tendensi naik di musik hujan, karena kegagalan panen. Jadi hukum suplai demand, pada musim tertentu akhirnya harga naik,” ujarnya di Surabaya, Rabu (29/12).

Sebenarnya, kata Emil, Pemprov Jatim telah melakukan sejumlah upaya untuk mengantisipasi naiknya harga cabai saat musim hujan. Di antaranya mendorong industri besar maupun UMKM untuk menyerap cabai saat hasil panen surplus menjadi sambal kemasan.

“Kita mendorong industri yang bisa menyerap cabai untuk diolah menjadi kemasan. Selain itu melalui Disperindag Jatim kita juga membuka ruang untuk rumah tangga menanam cabai di rumah sendiri," kata dia.

Namun, lanjut Emil, secara kuantitas memang cabai rawit belum bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga. Bahkan, lanjut Emil, saat pihaknya menggelar operasi pasar, kesulitan untuk mendapatkan stok cabai.

"Cabai memang barangnya gak ada. Ini bukan permainan suplier, memang situasi kenyataan di lapangan,” ujarnya.

Lebih lanjut, terkait harga telur ayam ras, Emil mengaku pemprov terus melakukan pemantauan. Menurutnya tingginya harga telur ini karena tingginya permintaan. “Kita coba beli dari produsennya, untuk mempersingkat rantai suplai dan mendorong efek psikologis harga," katanya.

Pihaknya berencana mengadakan bazar murah. Khususnya untuk kebutuhan pokok seperti telur, beras, hingga minyak goreng. "Kita pesan minyak goreng dari supplier pusat untuk didropping,” ujar Emil.

Terkait tingginya harga minyak goreng, Emil menjelaskan, harga CPO secara global naik. Menurutnya karena Indonesia produsen CPO, ada permintaan dari pusat agar harga minyak sawit di kebun yang ada tidak dinaikkan.

“Saat ini pemerintah fokus untuk menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok. Selain itu, naiknya harga juga disebutnya oleh daya beli masyarakat yang mulai meningkat,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement