Selasa 28 Dec 2021 07:37 WIB

Jangan Sampai Hal Ini Dialami Anak Anda

Tak hanya terkait tumbuh kembang, stunting juga mengganggu metabolisme.

Kader Posyandu mengukur tinggi badan anak (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Budi Candra Setya
Kader Posyandu mengukur tinggi badan anak (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK --- Stunting masih menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang, stunting berdampak pada tumbuh kembang buah hati. “Stunting menjadi masalah kesehatan masyarakat global maupun nasional di Indonesia, baik di wilayah perdesaan maupun perkotaan,” ungkap pakar gizi Dr Trini Sudiarti dalam keterangan tertulis untuk Republika, Selasa (28/12).

Trini mengungkapkan stunting dapat terjadi sejak dalam kandungan dan pada masa kehidupan anak serta berdampak pada pertumbuhan, perkembangan, kesehatan maupun produktivitas anak di kehidupan selanjutnya. 

Proses terjadinya stunting bersamaan dengan hambatan pertumbuhan dan perkembangan organ vital termasuk jantung, ginjal, otak, dan lainnya. Hal ini berarti stunting tidak hanya ditandai gagal tumbuh anak menjadi pendek, tetapi juga gagal berkembang seperti  terganggunya fungsi kognitif. Selain itu, terjadi  gangguan metabolism yang menyebabkan risiko terjadinya penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi, diabetes melitus, jantung dan sebagainya. 

Untuk menurunkan angka stunting di tanah air, pemerintah pun telah mengeluarkan kebijakan salah satunya Perpres RI nomor 83 Tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting di Indonesia. “Hal tersebut menggambarkan besarnya perhatian pemerintah untuk menggerakkan seluruh sumber daya demimengakselerasi percepatan penurunan angka stunting di Indonesia,” lanjut Trini. 

Lebih lanjut, ia menyampaikan berdasarkan estimasi dari Badan Penelitian Kesehatan Kemenkes RI, Biro Pusat Statistik bersama TP2AK melalui prediksi statistik memperkirakan besaran masalah stunting rata-rata pada tingkat provinsi di Indonesia tahun 2020 sebesar 26,92 persen. Angka tersebut masih jauh dari target turun menjadi 14 persen pada tahun 2024. “Kita perlu secara bersama-sama bergerak untuk menurunkan angka stunting,” imbuhnya.

Turut mendukung kebijakan pemerintah, tim pengabdi masyarakat  Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) menggelar pelatihan dan penyuluhan kader posyandu tentang 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) guna mencegah dan menangani stunting pada anak bawah dua tahun. 

Target pelatihan terdiri dari 15 kader dari lima posyandu yang berada di wilayah Pasir Putih, Sawangan, Kota Depok.

Materi pelatihan meliputi 1.000 HPK, stunting, masalah gizi dan kesehatan pada ibu hamil dan anak di bawah usia dua tahun (baduta), pemberian MP-ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) maupun konseling gizi dan kesehatan. Selain narasumber dari FKM UI, tim juga menghadirkan narasumber lain yang berasal dari Puskesmas Pasir Putih yaitu Ruri Harini, SKM dan Bidan Tanti Rumiyanti.

Berbagai media bantu digunakan seperti modul 1.000 HPK, lembar balik MP-ASI, dan pemutaran video, dan bahan presentasi tim pengabdi yang dipimpin oleh pakar gizi Dr Trini Sudiarti, Dr Diah Mulyawati Utari, Primasti Nuryandari Putri MKM serta  mahasiswa Pascasarjana IKM Universitas Indonesia. 

Kader yang telah dilatih selanjutnya melakukan penyuluhan dan konseling di posyandu masing masing didampingi tim Pengabdi FKM UI dan petugas promosi kesehatan dari Puskesmas Pasir Putih. 

“Hasil pelatihan dan penyuluhan menunjukkan terjadi peningkatan pengetahuan kader maupun keterampilan dalam melakukan penyuluhan dan konseling kepada ibu hamil maupun ibu baduta,”  ujar Trini. 

Meskipun demikian, ia berpendapat bahwa pengetahuan kader masih perlu ditingkatkan tentang anemia khususnya tentang makanan sumber zat besi dan hal yang berkaitan dengan konsumsi tablet tambah darah (TTD). “Kader diharapkan lebih sering melakukan edukasi dan konseling agar keterampilan melakukan edukasi dan konseling meningkat yang pada akhirnya secara mandiri mampu melakukan edukasi.  Hal lain diharapkan kader dapat mengatasi permasalahan pada ibu hamil maupun anak baduta menggunakan media bantu serta mendukung pemerintah menurunkan angka stunting,” kata Trini yang juga merupakan salah satu dosen di Departemen Gizi FKM UI.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement