Senin 27 Dec 2021 17:37 WIB

Sekolah BM 400 Seminarkan Kurikulum Paradigma Baru

Dr Sutrisno Muslimin MSi: Kurikulum yang terbaik adalah guru itu sendiri.

Dr  Sutrisno Muslimin  Msi  selaku Ketua Pelaksana Harian (KPH) YBKSP Bakti Mulya 400.
Foto: Dok BM 400
Dr Sutrisno Muslimin Msi selaku Ketua Pelaksana Harian (KPH) YBKSP Bakti Mulya 400.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sekolah Bakti Mulya 400 selalu menyambut positif inovasi pendidikan. Seperti kegiatan yang baru-baru ini dilakukan yaitu webinar yang mengusung tema “Kurikulum Paradigma Baru”.

Kegiatan tersebut berlangsung Senin (20/12) dan  Jumat (24/12) dalam kegiatan rapat kerja guru. Acara diikuti tak kurang 130 peserta guru dari KB/TK, SD, SMP dan SMA sekolah tersebut. Tampil sebagai narasumber adalah akademisi pendidikan dengan materi terkini.

Dalam sambutan pengantar, Dr  Sutrisno Muslimin  MSi  selaku Ketua Pelaksana Harian (KPH) YBKSP Bakti Mulya 400 mengingatkan bahwa perkembangan pendidikan perlu diikuti oleh semua pendidik. Hal itu penting  agar praktik pendidikan yang dilakukan seirama dengan perkembangan zaman.

“Sebagai guru kita sudah terbiasa dengan perubahan kurikulum. Namun kurikulum yang terbaik adalah guru itu sendiri”, tandasnya seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Senin (27/12).

Sutrisno Muslimin juga berharap agar seberapapun perubahan positif yang dilakukan oleh guru di sekolah akan memiliki dampak besar bagi siswa. “Apapun perubahan itu, meskipun kecil, jika setiap guru melakukannya secara serentak, maka pendidikan akan semakin hebat,” tambahnya.

Selanjutnya pada sesi pembicara, Dr Susanti Sufyadi  SPd  MA, koordinator Substansi Pembelajaran dari Pusat Asesmen dan Pembelajaran (Pusmenjar) Kemendikbud, membahas “Pembelajaran dan Asesmen dalam Kurikulum Paradigma Baru”.

photo
Dr Susanti Sufyadi SPd MA, koordinator Substansi Pembelajaran dari Pusat Asesmen dan Pembelajaran (Pusmenjar) Kemendikbud.  (Foto: Dok BM 400)

Susanti Sufyadi mengatakan bahwa pembelajaran paradigma baru memberikan keleluasaan bagi pendidik untuk merumuskan rancangan pembelajaran dan asesmen sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik.

“Pembelajaran dirancang dengan mempertimbangkan tahap perkembangan dan tingkat pencapaian peserta didik saat ini, sesuai kebutuhan belajar, serta mencerminkan karakteristik dan perkembangan yang beragam, sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan” papar Susanti Sufyadi.

Selanjutnya, pada sesi kedua webinar tersebut diisi oleh Rektor Universitas Insan Cita Indonesia (UICI)), Prof  Dr Laode Masihu Kamaluddin  MSc Eng. Ia  menyampaikan materi  “Digital Learning dan Arah Peradaban Masa Depan”.

Laode Masihu mengawali uraian dengan menyampaikan arah peradaban masa depan yang ditandai dengan empat perubahan. Adapun perubahan tersebut terjadi pada distribusi makanan digital, kesehatan digital, pendidikan digital  dan lingkungan digital.

“Arah masa depan pendidikan bisa dilakukan dengan memanfaatkan Artificial Intelligence, Big Data, Connectivity, Block Chain,” ungkap Laode Masihu.

Laode Masihu berharap bahwa orang yang berpendidikan memiliki kebebasan dalam menciptakan sebuah karya, dan memiliki well being. Untuk mencapai hal tersebut maka perlu transformasi agar Indonesian bisa menciptakan sembilan juta digital talenta dan dua juta digital literacy.

Dengan penuh antusias, Laode Masihu menekankan: “The future is what you are doing now. Apa yang kita lakukan hari ini itulah yang akan terjadi di masa depan.”

Pada kesempatan selanjutnya adalah Dr  Yogi Anggraena  SSi MSi, koordinator Evaluasi dan Pengembangan Kurikulum Puskurbuk, Kemendikbud. Ia  menyampaikan paparan “Kurikulum Paradigma Baru yang dikenal pula dengan Kurikulum Prototipe”.

Yogi Anggraena menjelaskan bahwa kurikulum prototipe diberikan sebagai opsi tambahan bagi satuan pendidikan untuk melakukan pemulihan pembelajaran selama 2022-2024.

Perubahan yang ingin dicapai dengan menerapkan kurikulum ini,  menurut Yogi  Anggraena,  adalah praktik pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Selain itu dengan paradigma baru ini, pembelajaran merupakan siklus dari pemetaan standar kompetensi, perencanaan proses pembelajaran, dan pelaksanaan asesmen berfungsi untuk memperbaiki pembelajaraan sehingga peserta didik mencapai kompetensi yang diharapkan.

Selain itu guru diberi kemerdekaan.  Oleh karena itu,  “pendidik dapat merumuskan rancangan pembelajaran dan asesmen sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik,” ujar Yogi Anggraena.

Ada hal yang perlu ditekankan yaitu “Profil Pelajar Pancasila berperan menjadi penuntun arah yang memandu segala kebijakan dan pembaharuan dalam sistem pendidikan Indonesia, termasuk pembelajaran, dan asesmen”, tegas  Yogi Anggraena.

Sekolah BM 400 sebagai sekolah penggerak berupaya meningkatkan kapasitas kepala sekolah dan guru menuju pembelajaran paradigma baru yang selaras dengan tuntutan global.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement