Senin 27 Dec 2021 15:16 WIB

Handi Saputra, Sejoli Meninggal Tabrakan Nagreg Ingin Jadi TNI

Keluarga berharap tiga oknum TNI AD penabrak sejoli dihukum seadil-adilnya.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Agus raharjo
Etes Hidayatullah (54) memegang foto almarhum anaknya, Handi Saputra (18), di kediamannya, Kampung Cijolang, Desa Cijolang, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut, Senin (27/12). Hendi merupakan salah satu korban penabrakan yang dibuang ke sungai oleh anggota TNI.
Foto: Republika/Bayu Adji P.
Etes Hidayatullah (54) memegang foto almarhum anaknya, Handi Saputra (18), di kediamannya, Kampung Cijolang, Desa Cijolang, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut, Senin (27/12). Hendi merupakan salah satu korban penabrakan yang dibuang ke sungai oleh anggota TNI.

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Suasana duka masih menyelimuti keluarga Etes Hidayatullah (54) di Kampung Cijolang, Desa Cijolang, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut, pada Senin (27/12). Kepergian mendadak anaknya, Handi Saputra (18), masih terbayang oleh keluarga.

Handi merupakan salah satu dari dua korban tabrakan di wilayah Nagreg, Jawa Barat, yang dibuang ke Sungai Serayu, Jawa Tengah. Diduga, pelaku penabrak dan pembuang remaja merupakan oknum anggota TNI AD. Padahal, Handi sendiri memiliki cita-cita menjadi prajurit TNI.

Baca Juga

"Handi dalam tiga hari terakhir (sebelum kejadian), mengundurkam diri dari sekolah. Padahal, karena dia tinggi, Handi ingin jadi ABRI (TNI). Itu cita-citanya," kata Etes, mengenang sosok anaknya saat dikunjungi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman, Senin (27/12).

Menurut Etes, keluarga sangat mendukung cita-cita Handi menjadi TNI. Karena itu, keluaga tak rela remaja yang masih duduk di kelas 2 SMK itu mengundurkan diri dari sekolah. Namun, anaknya itu tetap ingin berhenti sekolah.

"Mungkin memang sudah jalannya," kata dia.

Saat kejadian tabrakan, 8 Desember 2021, Etes mengaku sedang bekerja di wilayah Soreang, Kabupaten Bandung. Ketika itu, ia mendapat kabar dari anak pertamanya bahwa Handi mengalami kecelakaan di wilayah Nagreg, Kabupaten Bandung, saat mengendarai motor memboncengi pacarnya, Salsabila (14).

Mendapat kabar itu, Etes inisiatif langsung pulang ke rumahnya di Limbangan, Garut. Sementara istri bersama anaknya yang lain, mencari keberadaan Handi ke sejumlah rumah sakit, lantaran berdasarkan keterangan warga di lokasi kejadian anaknya dibawa oleh mobil yang menabraknya.

"Saya pulang dari tempat kerja, sampai rumah jam 10 malam. Istri saya sedang mencari ke rumah sakit rumah sakit di Garut sampai Cicalengka. Jam 2.00 baru pulang. Tidak ada informasi," kata dia.

Pencarian tak berhenti sampai itu. Pada Kamis (9/12), Etes yang bertugas mencarinya. Ia mengelilingi sejumlah rumah sakit di Garut. Namun, informasi tentang keberadaan anaknya tetap tak membuahkan hasil.

Menurut dia, pencarian terus dilakukan hingga 16 Desember. Namun, hari itu anak pertamanya menerima kabar mengenai penemuan sesosok mayat tanpa identitas di Sungai Serayu. Dalam keterangannya, ciri-ciri yang ada pada sosok mayat itu sama persis mengarah kepada Handi.

"Di situ ada baju, celana, gesper, sepatu, sama semua. Bahkan aksesoris emas imitasi sama semua. Giginya juga gingsul. Saya percaya itu anak saya," kata dia.

Usai ditemukan, jenazah Handi sempat diautopsi. Setelahnya, jenazah dibawa ke rumah duka di Kabupaten Garut. Etes mengatakan, jenazah sampai di Garut pada Ahad (19/12) sekitar pukul 00.00 WIB. Ketika sampai, jenazah langsung dimakamkan pada dini hari.

Menurut Etes, belum ada hasil dari autopsi tersebut. Namun, berdasarkan informasi yang didapatinya, Handi belum meninggal saat ditabrak.

"Saya juga melihat sekilas hasil forensik, anak saya dibuang masih hidup. Karena di paru-paru ada air dan pasir. Saya mikir waktu kejadian itu dibawa ke rumah sakit atau ditolongin sama orang. Ternyata kenyataannya begini," kata dia, sambil berusaha menahan air matanya.

Etes mengatakan, keluarga sudah ikhlas dengan meninggalnya anak keempat dari lima bersaudara itu. Namun, ia tetap ingin pelaku penyebab meninggalnya Handi dihukum dengan seadil-adilnya. "Ini kan negara hukum. Kami inginnya pelaku dihukum yang seadil-adilnya," ujar dia.

KSAD Jenderal TNI Dudung Abdurachman meminta maaf langsung kepada keluarga Handi Saputra atas perbuatan tiga anggotanya yang diduga menabrak dan membuang para korban ke sungai. Jenderal Dudung menegaskan, TNI AD akan bertanggung jawab atas perbuatan tiga anggota tersebut.

 

"Saya sudah sampaikan kepada keluarga korban, permohonan maaf atas nama institusi Angkatan Darat, atas perbuatan oknum yang tidak bertanggung jawab," kata dia.

 

Selaku pembina kekuatan angkatan darat, Dudung menegaskan akan bertanggung jawab. Ia juga memastikan proses hukum anggota yang terlibat akan berlanjut. "Saat ini mereka-mereka, oknum tersebut, sudah ditahan di Pomdam Jaya. Sudah dialihkan dari kesatuan asalnya," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement