Senin 27 Dec 2021 07:04 WIB

Staf Save the Children Hilang di Myanmar, Kendaraan Dilaporkan Dibakar

Militer dilaporkan memaksa orang-orang keluar dari mobil mereka.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Dalam gambar yang dibuat dari video oleh Transborder News ini, asap mengepul dari kamp Tentara Myanmar dekat perbatasan Myanmar dan Thailand pada Selasa, 27 April 2021. Gerilyawan etnis Karen mengatakan mereka merebut pangkalan militer Myanmar pada hari Selasa dalam apa yang mewakili peningkatan moral tindakan bagi mereka yang menentang pengambilalihan militer atas pemerintah sipil negara pada bulan Februari.
Foto: Transborder News via AP
Dalam gambar yang dibuat dari video oleh Transborder News ini, asap mengepul dari kamp Tentara Myanmar dekat perbatasan Myanmar dan Thailand pada Selasa, 27 April 2021. Gerilyawan etnis Karen mengatakan mereka merebut pangkalan militer Myanmar pada hari Selasa dalam apa yang mewakili peningkatan moral tindakan bagi mereka yang menentang pengambilalihan militer atas pemerintah sipil negara pada bulan Februari.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Dua anggota kelompok kemanusiaan internasional Save the Children hilang pada Sabtu (25/12), setelah pasukan pemerintah Myanmar menangkap penduduk desa. Save the Children mengatakan, dua stafnya yang sedang dalam perjalanan pulang untuk menghabiskan waktu liburan setelah melakukan pekerjaan kemanusiaan di komunitas terdekat.

"Kami mendapat konfirmasi bahwa kendaraan pribadi mereka diserang dan dibakar. Militer dilaporkan memaksa orang-orang keluar dari mobil mereka, menangkap beberapa orang, membunuh, dan membakar tubuh mereka," ujar pernyataan Save the Children.

Baca Juga

Serangan pasukan militer itu menewaskan lebih dari 30 orang, beberapa di antaranya perempuan dan anak-anak. Selain itu, menurut keterangan saksi, pasukan keamanan juga membakar mayat-mayat itu.

Sejumlah foto yang diklaim sebagai akibat dari pembantaian Malam Natal di desa Mo So timur, tepat di luar kotapraja Hpruso di negara bagian Kayah tersebar di media sosial. Foto-foto itu menunjukkan 30 jasad hangus di tiga kendaraan yang terbakar.

Seorang penduduk desa mengatakan kepada The Associated Press bahwa, para korban telah melarikan diri dari pertempuran antara kelompok perlawanan bersenjata dan tentara Myanmar di dekat desa Koi Ngan, yang berada tepat di samping desa Mo So, pada Jumat (24/12).

Penduduk desa itu mengatakan, mereka dibunuh setelah ditangkap oleh pasukan saat menuju ke kamp-kamp pengungsi di bagian barat kotapraja. Saksi yang berbicara kepada AP mengatakan, jasad yang dibakar itu tidak bisa dikenali.

Namun pakaian anak-anak dan wanita ditemukan bersama dengan persediaan medis dan makanan. "Mayat diikat dengan tali sebelum dibakar," kata saksi yang tidak mau disebutkan namanya.

Saksi itu tidak melihat saat mereka terbunuh. Tetapi dia yakin beberapa dari jasad yang dibakar itu adalah penduduk desa Mo So yang ditangkap oleh pasukan militer pada Jumat. Dia menyangkal bahwa, mereka yang ditangkap adalah anggota kelompok milisi yang terorganisir secara lokal.

Media independen Myanmar melaporkan bahwa, 10 penduduk desa Mo So termasuk anak-anak ditangkap oleh tentara dan. Mereka dilaporkan diikat dan ditembak di kepala oleh militer. Saksi mengatakan, penduduk desa dan kelompok milisi anti-pemerintah meninggalkan sejumlah jasad ketika pasukan militer tiba di dekat Mo So.  

“Ini adalah kejahatan keji dan insiden terburuk selama Natal.  Kami mengutuk keras pembantaian itu sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan,” kata Direktur Kelompok Hak Asasi Manusia Karenni, Banyar Khun Aung.

Baca juga : Kongo Khawatir Serangan Teroris Susulan

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement