Ahad 26 Dec 2021 19:09 WIB

Ridwan Kamil Menangis di Sumur Doa, Museum Tsunami Aceh Rancangannya

Dalam penciptaan rancang bangun Museum Tsunami Aceh, Emil banyak meneteskan air mata

Rep: arie lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengunjungi Museum Tsunami Aceh di Jalan Sultan Iskandar Muda, Provinsi Aceh, Sabtu (25/12).   Kunjungan Ridwan Kamil ke Museum Tsunami Aceh merupakan bagian dari kunjungan kerjanya di Provinsi Aceh yang dijadwalkan berlangsung hingga Senin (27/12) mendatang.
Foto: istimewa
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengunjungi Museum Tsunami Aceh di Jalan Sultan Iskandar Muda, Provinsi Aceh, Sabtu (25/12). Kunjungan Ridwan Kamil ke Museum Tsunami Aceh merupakan bagian dari kunjungan kerjanya di Provinsi Aceh yang dijadwalkan berlangsung hingga Senin (27/12) mendatang.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengunjungi Museum Tsunami Aceh di Jalan Sultan Iskandar Muda, Provinsi Aceh, Sabtu (25/12). 

Kunjungan Ridwan Kamil ke Museum Tsunami Aceh merupakan bagian dari kunjungan kerjanya di Provinsi Aceh yang dijadwalkan berlangsung hingga Senin (27/12) mendatang. 

Baca Juga

Museum Tsunami Aceh dibuat  Ridwan Kamil sendiri. Sebagai seorang arsitek, Ridwan Kamil memenangkan sayembara tingkat internasional yang diselenggarakan pada 2007 dalam rangka memperingati musibah tsunami Aceh. 

Didampingi Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh, Jamaluddin dan rombongan, Ridwan Kamil masuk ke dalam museum yang sarat dengan filosofi dan kesan emosional itu. 

Bahkan, ketika memasuki sebuah ruangan bernama Sumur Do'a, Gubernur yang akrab disapa Emil itu sempat meneteskan air mata. Menurutnya, ruangan tersebut paling memberikan kesan emosional di antara seluruh bagian museum.

Sumur Do'a sendiri merupakan bangunan yang menjulang tinggi yang berisi nama-nama korban tsunami Aceh yang di bagian atasnya terdapat lafadz Allah. 

Dengan pencahayaan yang temaram, siapapun yang masuk ruangan itu bisa merenungi sekaligus mendoakan ratusan ribu warga Aceh yang meninggal dunia akibat tersapu tsunami. "Dari semua bagian museum, ini adalah ruangan yang paling emosional buat saya," ujar Emil sambil meneteskan air mata dalam siaran persnya, Ahad (26/12).

"Ini tempat kita berdoa untuk korban-korban tsunami dan di atas ada lafadz Allah, artinya apapun yang terjadi harus tawakal," katanya.

Emil mengatakan, dalam proses penciptaan rancang bangun Museum Tsunami Aceh, dia banyak meneteskan air mata. Termasuk saat mempresentasikan hasil rancangannya saat sayembara. 

"Saya banyak meneteskan air mata dalam proses sketsanya, termasuk dalam proses presentasinya saya terbata-bata karena ratusan ribu nyawa melayang akibat tsunami Aceh," katanya. 

Emil menjelaskan, bahwa proses penciptaan Museum Tsunami Aceh merupakan akumulasi dari memori yang terekam dari peristiwa tsunami yang terjadi 26 Desember 2004 silam itu. 

"Prosesnya (rancang bangun) sekitar sebulan, tapi proses pencarian cukup intensif, mencari cara sederhana agar masyarakat bisa merasakan langsung peristiwa itu, seperti ketakutan, basah, gelap, dan lainnya," katanya.

Disinggung filosofi Museum Tsumami Aceh, Emil menerangkan museum ini merepresentasikan ketakutan, kesedihan, dan harapan. "Jadi setelah rasa takut yang ditandai lorong gelap dan gemiricik air di bagian pintu masuk, lalu kesedihan dengan adanya sumur doa, dan terakhir harapan dengan hadirnya lorong menuju atap bangunan," katanya.

"Atap bangunan ini juga berfungsi sebagai tempat evakuasi yang bisa menampung ribuan orang. Ini ibaratnya dataran tinggi untuk evakuasi jika tsunami kembali terjadi," imbuhnya.

Selain sebagai tempat untuk mengenang peristiwa tsunami, Museum Tsunami Aceh juga menjadi simbol kebangkitan warga Aceh. Dibangun pada 2008 dan diresmikan 2009 silam, museum ini mulai dibuka untuk umum pada 2011.

Dari sisi rancang bangunnya, Emil sukses memadukan rumah tradisional Aceh yang dibentuk seperti gelombang besar layaknya gelombang tsunami dalam tema besar bertajuk "Rumah Aceh as Escape Hill".

Kini, Museum Tsunami Aceh menjadi destinasi wisata favorit wisatawan yang berkunjung ke Aceh, selain Masjid Baiturrahman yang jaraknya berdekatan dengan museum. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement