Jumat 24 Dec 2021 14:06 WIB

5 Alasan Anak Harus Divaksin Menurut Ikatan Dokter Anak

Ikatan dokter anak menyebut angka kematian anak akibat Covid-19 di RI amat tinggi

Rep: Febryan. A/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petugas medis menyuntikkan vaksin Sinovac kepada anak saat vaksinasi COVID-19 bagi anak usia 6-11 tahun di Ballroom Kahayan, Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Satgas Imunisasi IDAI KOMDA KIPI, Dr. Mei Neni Sitaresmi, mengatakan, alasan pertama adalah karena anak-anak juga rentan terinfeksi virus corona. Berdasarkan data Satgas Covid-19, proporsi anak yang terinfeksi mencapai 10-12 persen.
Foto: ANTARA/Makna Zaezar
Petugas medis menyuntikkan vaksin Sinovac kepada anak saat vaksinasi COVID-19 bagi anak usia 6-11 tahun di Ballroom Kahayan, Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Satgas Imunisasi IDAI KOMDA KIPI, Dr. Mei Neni Sitaresmi, mengatakan, alasan pertama adalah karena anak-anak juga rentan terinfeksi virus corona. Berdasarkan data Satgas Covid-19, proporsi anak yang terinfeksi mencapai 10-12 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 6 sampai 11 tahun telah dimulai sejak pertengahan Desember 2021. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pun mengungkapkan lima alasan kenapa anak perlu ikut vaksinasi. 

Satgas Imunisasi IDAI KOMDA KIPI, Dr. Mei Neni Sitaresmi, mengatakan, alasan pertama adalah karena anak-anak juga rentan terinfeksi virus corona. Berdasarkan data Satgas Covid-19, proporsi anak yang terinfeksi mencapai 10-12 persen. 

Baca Juga

"Kalau dibandingkan dengan usia lebih tua, memang proporsinya tidak besar. Tapi kalau kita lihat angka absolutnya, lebih dari setengah juta anak yang terinfeksi Covid-19 dengan segala konsekuensinya," kata Mei dalam siaran pers daring lewat kanal YouTube Forum Merdeka Barat 9, Jumat (24/12). 

Alasan kedua, kata dia, adalah sulitnya mengurus anak yang terkena Covid-19. Sebab, ketika anak terinfeksi dan harus masuk rumah sakit, maka orang tua harus mendampingi. 

"Selain itu, anak yang terinfeksi Covid-19 bukan hanya persoalan kesehatan fisik, tapi juga mungkin akan ada trauma lanjutannya," kata dia. 

Ketiga, tingginya angka kematian anak yang terinfeksi Covid-19 di Indonesia. Hingga kini, kata dia, tercatat sudah lebih dari 1.000 anak yang wafat. 

"Itu bukan jumlah yang sedikit. Satu nyawa bagi orang tuanya, bagi keluarganya, adalah sangat berharga," kata Mei. 

Keempat, munculnya varian Omicron. Menurut laporan, kata Mei, varian baru ini lebih menular dan anak-anak lebih rentan terinfeksi. 

"Oleh karena itu, maka anak itu harus dilindungi. Karena salah satu hak anak adalah untuk hidup seperti yang lain dan tumbuh kembang," ujarnya. 

Keempat, anak bisa jadi sumber penularan virus corona bagi orang di sekitarnya. Mei menjelaskan, meski sebagian anak-anak bergejala ringan ketika terinfeksi, tapi mereka bisa menularkan virus itu ke orang sekitarnya yang belum divaksin. Misalnya, kepada balita dan orang tua yang memiliki komorbid tak stabil. 

Cara mencegah penularan dari anak ini, kata Mei, adalah dengan melakukan vaksinasi pada anak. "Dan perlu diingat, kalau cakupan vaksinasi tinggi, maka ini juga akan menunda perubahan mutasi pada virus corona," ujarnya. 

Kelima, anak-anak harus segera bersekolah kembali. Mei bilang, selama anak-anak belajar di rumah, mereka kehilangan momen untuk bermain dengan teman-temannya. 

Padahal, bermain adalah kebutuhan anak usia 6 hingga 11 tahun. Apabila kebutuhan ini tak terpenuhi, maka pertumbuhan fisik dan mental mereka bisa terganggu. 

Namun demikian, ketika pembelajaran tatap muka dimulai kembali, banyak muncul klaster penularan. Salah satu penyebabnya karena anak-anak belum divaksin. Oleh karenanya, untuk memastikan keselamatan anak di sekolah, orang tua harus mengikutkan anaknya vaksinasi. 

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sudah mulai melakukan vaksinasi untuk anak usia 6-11 tahun sejak Selasa (14/12) lalu. Hingga Ahad (19/12), sudah setengah juta anak yang divaksinasi dari target 26,5 juta anak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement