Kamis 23 Dec 2021 17:18 WIB

Hunian untuk Korban Erupsi Masih Tahap Pembersihan Lahan 

Terkait pembangunan hunian tetap, kata Cak Thoriq, akan dilakukan di lokasi yang sama

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Fernan Rahadi
Anak-anak korban letusan Gunung Semeru mengikuti pembelajaran tatap muka di Desa Supiturang, Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur, Selasa (21/12/2021). Dalam proses pembelajaran tersebut pihak Dinas Pendidikan setempat menggunakan metode kombinasi penggabungan materi sekolah dan pemulihan psikologis atau trauma healing untuk menurunkan tingkat kecemasan serta mengembalikan kondisi emosional anak-anak pasca bencana letusan Gunung Semeru.
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Anak-anak korban letusan Gunung Semeru mengikuti pembelajaran tatap muka di Desa Supiturang, Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur, Selasa (21/12/2021). Dalam proses pembelajaran tersebut pihak Dinas Pendidikan setempat menggunakan metode kombinasi penggabungan materi sekolah dan pemulihan psikologis atau trauma healing untuk menurunkan tingkat kecemasan serta mengembalikan kondisi emosional anak-anak pasca bencana letusan Gunung Semeru.

REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG -- Proses pembangunan hunian untuk korban erupsi Gunung Semeru masih dalam tahap pembersihan lahan. Bupati Lumajang, Thoriqul Haq mengatakan, tahap relokasi untuk pembersihan lahan telah berhasil dilakukan dengan luasan 25 hektare.

Pria disapa Cak Thoriq ini menegaskan, tahap perataan dan penataan lahan masih dilakukan hingga sekarang. Cak Thoriq menargetkan, 40 hektare lahan bisa diratakan dan ditata dalam waktu dekat. "Sehingga lahan tersebut bisa dimulai untuk pendirian hunian sementara," kata Cak Thoriq dalam pesan resmi yang diterima Republika, Kamis (23/12).

Menurut Cak Thoriq, percepatan pembangunan hunian sementara dilakukan Pemkab Lumajang bersama Satuan Tugas (Satgas) Semeru yang dipimpin oleh Danrem 083/Baladika Jaya, Kolonel Inf Subekti. Percepatan ini penting dilakukan agar pengungsi bisa segera menempati hunian. Kemudian mereka juga bisa kembali hidup normal pascaerupsi Gunung Semeru.

Adapun terkait pembangunan hunian tetap, kata Cak Thoriq, akan dilakukan di lokasi yang sama. Pembangunan hunian tetap sendiri akan dilakukan oleh pemerintah pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Saat ini masih harus dilakukan pemutakhiran data agar data yang dikirim tidak ada kekeliruan.

Berdasarkan data Pos Komando (Posko) Tanggap Darurat Erupsi Gunung Semeru per 21 Desember 2021 pukul 18.00 WIB, korban meninggal akibat erupsi menjadi 51 jiwa. Penambahan korban tersebut dari warga yang sebelumnya dirawat akibat luka bakar. Selain jumlah korban meninggal, posko mencatat lima potongan tubuh ditemukan di lokasi terdampak. 

Sementara itu, jumlah warga mengungsi berjumlah 10.395 jiwa yang tersebar di 410 titik pengungsian. Pengungsian terkonsentrasi di tiga kecamatan, yaitu Pasirian 17 titik dengan 1.746 jiwa, Candipuro 21 titik 4.645 jiwa dan Pronojiwo 8 titik 1.077 jiwa. 

Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengatakan, sebaran titik pengungsi juga teridentifikasi di Kabupaten Lumajang. Pengungsian juga tersebar di kabupaten lainnya seperti sembilan titik di Kabupaten Malang dengan 341 jiwa. Kemudian Blitar satu titik dengan tiga jiwa, Jember tiga titik dengan 13 jiwa dan Probolinggo satu titik dengan 11 jiwa. 

Pada masa tanggap darurat perpanjangan kedua ini, salah satu prioritas posko yaitu penyiapan lahan relokasi. Menurut Muhari, pihak posko dan pemerintah daerah telah menyiapkan lahan untuk pembangunan hunian sementara atau huntara. Dua lokasi telah dipilih menjadi relokasi warga terdampak erupsi, yaitu di Desa Sumbermujur di Kecamatan Candipuro dan Desa Oro-Oro di Kecamatan Pronojiwo. 

Menurut Muhari, lokasi relokasi telah mendapatkan persetujuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui surat keputusan Nomor 1256/MENLHK/SETJEN/PLA.2/12/2021. "Dan area yang diperuntukkan untuk relokasi seluas total 90,98 hektar," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement