Rabu 22 Dec 2021 11:04 WIB

Pemuda Muhammadiyah Ajak Masyarakat Budayakan Sensor Mandiri

Dalam hal ini, peran orang tua untuk mendampingi anak sangatlah penting.

Rep: my40/ Red: Fernan Rahadi
Ketua PP Pemuda Muhammadiyah, Mukayat Al Amin, saat mengisi acara Rembug Gayeng #6 bertema Hindari Film Gak Bermutu, Kader Muhammadiyah Harus Jago Sensor Mandiri, Selasa (21/12) malam.
Foto: Tangkapan layar Zoom
Ketua PP Pemuda Muhammadiyah, Mukayat Al Amin, saat mengisi acara Rembug Gayeng #6 bertema Hindari Film Gak Bermutu, Kader Muhammadiyah Harus Jago Sensor Mandiri, Selasa (21/12) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kebaruan teknologi saat ini mengandung konsekuensi di dunia film. Salah satunya yakni terkait dengan tontonan yang semakin banyak. Akibatnya, arus tontonan saat ini tidak bisa lagi dibendung mengingat koneksitas antarwilayah yang semakin terhubung dengan adanya internet.

"Maka dari itu penting kemudian bagi kita, khususnya Pemuda Muhammadiyah, untuk mengadakan kajian yang cukup terkait adanya revolusi akhir-akhir ini," kata Komisioner Lembaga Sensor Film (LSF) RI sekaligus Ketua PP Pemuda Muhammadiyah, Mukayat Al Amin, saat acara Rembug Gayeng #6 bertema "Hindari Film Gak Bermutu, Kader Muhammadiyah Harus Jago Sensor Mandiri", Selasa (21/12) malam.

Salah satu cara yang ditawarkan untuk dapat mengatasi problematika terkait arus tontonan yang semakin tak terbendung ini yaitu mengawasi anak dalam setiap tontonan yang ia lihat. Dalam hal ini, peran orang tua untuk mendampingi anak sangatlah penting, baik ketika anak menonton televisi, smartphone, ataupun gadget lainnya. 

"Selain itu, peran Lembaga Sensor Film RI pun tidak kalah penting karena semua film, termasuk iklan atau film pendidikan pun tetap harus melalui sensor oleh Lembaga Sensor Film RI sebelum ditayangkan ke publik guna menyaring mana tontonan yang baik serta mana yang kurang baik dan perlu disensor," kata Mukayat.

"Dalam ushul fiqh terdapat kaidah, al-muhafazatu ‘ala al-qadim ash-shalih wa al-akhdzu bi al-jadid al-aslah, yang berarti umat Islam harus mempertahankan tradisi lama yang baik dan menerima tradisi baru yang baik pula.  Tidak semua dalam kebaharuan ada kebaikan, tetapi tidak semua dalam kebaharuan tidak ada kebaikan," kata Mukayat.

Lebih lanjut, Mukayat sebagai perwakilan dari LSF RI mengajak masyarakat untuk melakukan budaya sensor mandiri agar kita dapat terhindar dari dampak-dampak negatif yang memungkinkan film itu ada. 

Sementara itu, Wakil Sekretaris Bidang KIT PWPM DIY, Eko Triyanto, menyampaikan harapannya melalui kajian ini. "Mudah-mudahan apa yang disampaikan melalui kajian ini dapat menjadi bahan wawasan kita bagaimana untuk melakukan sensor secara mandiri, agar berguna baik untuk diri sendiri maupun untuk orang-orang di sekitar kita," katanya. 

Rembug Gayeng #6 diadakan guna merespons kecanggihan teknologi informasi saat ini yang memungkinkan siapapun dapat mengonsumsi film dari berbagai macam sumber. Maka dari itu, Rembug Gayeng #6  membahas situasi ini dengan lebih dalam. Mulai dari peran LSF hingga bagaimana caranya di era kebebasan konten saat ini kita dapat tetap aman dari tayangan film yang merusak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement